Presiden Perancis Emmanuel Macron, Selasa (20/10), berjanji untuk meningkatkan tindakan keras terhadap ekstremisme Islam di Perancis beberapa hari setelah negara itu dikejutkan oleh pemenggalan seorang guru sejarah di pinggiran Kota Paris yang tenang.
Polisi telah melancarkan puluhan penggerebekan dan pemerintah telah memerintahkan penutupan sebuah masjid selama enam bulan dan berencana membubarkan kelompok yang mendukung kelompok militan Palestina, Hamas.
"Rakyat kita mengharapkan tindakan," kata Macron saat berkunjung ke pinggiran kota Paris. "Tindakan-tindakan ini akan ditingkatkan."
Samuel Paty, seorang guru berusia 47 tahun, Jumat (16/10), diserang ketika ia dalam perjalanan pulang dari sekolah menengah pertama tempatnya mengajar di Conflans-Sainte-Honorine, 40 kilometer (25 mil) barat laut Paris.
Ia telah menjadi sasaran kampanye kebencian online sejak menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya selama kelas tentang kebebasan berbicara. Kartun itu adalah gambar yang sama yang memicu serangan berdarah terhadap pejabat majalah satir Charlie Hebdo ketika diterbitkan lima tahun lalu.
Polisi menahan 10 orang atas pembunuhan itu, termasuk lima anak sekolah yang dicurigai menunjukkan Paty kepada pembunuhnya dengan imbalan uang, dan orang tua murid yang tidak puas yang sebelumnya mengatur kampanye daring terhadap Paty.
Enam orang dibebaskan, Selasa (20/10) malam, termasuk di antaranya empat anggota keluarga Abdullakh Anzorov - pria berusia 18 tahun pembunuh guru Samuel Paty, yang berasal dari wilayah Rusia di Chechnya. [my/pp]