Dalam keputusan bersejarah hari Senin (1/4), Mahkamah Agung India menolak perlindungan paten bagi versi obat Glivec yang diperbaharui.
Keputusan itu adalah preseden yang mencegah perusahaan-perusahaan farmasi internasional memperoleh paten baru di India untuk versi yang diperbaharui obat-obat yang sudah ada.
Undang-undang India menghambat perusahaan memperoleh paten hanya karena membuat sedikit perubahan atas obat yang sudah ada.
Mahkamah Agung memutuskan hari Senin (1/4) Glivec yang diperbaharui tidak memenuhi aspek “novelty” atau “kebaruan sama sekali” yang diharuskan oleh undang-undang paten India.
Keputusan tersebut adalah kemenangan bagi industri obat generic miliaran dolar bagi India yang menyediakan obat-obatan murah bagi jutaan orang di seluruh dunia.
Novartis telah berjuang sejak tahun 2006 untuk memperoleh paten bagi Glivec yang diperbaharui.
Keputusan itu adalah preseden yang mencegah perusahaan-perusahaan farmasi internasional memperoleh paten baru di India untuk versi yang diperbaharui obat-obat yang sudah ada.
Undang-undang India menghambat perusahaan memperoleh paten hanya karena membuat sedikit perubahan atas obat yang sudah ada.
Mahkamah Agung memutuskan hari Senin (1/4) Glivec yang diperbaharui tidak memenuhi aspek “novelty” atau “kebaruan sama sekali” yang diharuskan oleh undang-undang paten India.
Keputusan tersebut adalah kemenangan bagi industri obat generic miliaran dolar bagi India yang menyediakan obat-obatan murah bagi jutaan orang di seluruh dunia.
Novartis telah berjuang sejak tahun 2006 untuk memperoleh paten bagi Glivec yang diperbaharui.