Tautan-tautan Akses

Meski Kurang 1 Hakim Agung, MA Amerika Mulai Kerja Senin


Hakim Merrick Garland, pilihan Presiden Obama untuk posisi hakim agung, belum mendapat konfirmasi dari Senat AS (foto: dok).
Hakim Merrick Garland, pilihan Presiden Obama untuk posisi hakim agung, belum mendapat konfirmasi dari Senat AS (foto: dok).

Calon hakim agung yang diajukan Presiden Obama untuk mengisi posisi yang lowong tersebut, yaitu hakim Merrick Garland, belum dikonfirmasi Senat.

Mahkamah Agung Amerika memulai masa kerja baru hari Senin (3/10) dan untuk pertama kali dalam 25 tahun hanya ada delapan kursi yang terisi dari sembilan kursi yang tersedia. Keputusan soal siapa yang akan menjadi hakim kesembilan masih menunggu pemilu presiden November mendatang.

Mahkamah Agung – yang secara ideologis terbagi antara kelompok liberal dan konservatif sejak meninggalnya tokoh konservatif Anton Scalia Februari lalu – memiliki sejumlah kasus penting yang belum bisa diputus hingga hakim baru ditunjuk dan dikonfirmasi oleh Senat.

Calon yang diajukan Presiden Barack Obama untuk mengisi posisi yang lowong tersebut, yaitu hakim liberal Merrick Garland, belum dikonfirmasi Senat. Senat yang dikuasai faksi Republik mengatakan mereka akan menunggu hingga terpilihnya presiden baru sebelum mempertimbangkan calon hakim agung itu.

Ini berarti begitu pemilih di Amerika memilih siapa yang akan menjadi presiden baru – calon presiden Partai Demokrat Hillary Clinton atau calon presiden Partai Republik Donald Trump – maka siapa pun yang terpilih akan memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi arah Mahkamah Agung mendatang.

Jika Clinton memenangkan pemilu, Garland tampaknya akan dikonfirmasi Senat, dan membuat Mahkamah Agung memiliki lima hakim yang cenderung liberal dan empat hakim yang cenderung konservatif. Sementara jika Trump yang menang, ia mungkin akan mencari calon lain yang konservatif guna menggantikan Scalia, dan membuat ideologi badan ini lebih konservatif.

Mahkamah Agung memiliki waktu satu bulan lagi hingga pengganti Obama terpilih, dan untuk sementara waktu mereka telah menjadwalkan kasus-kasus yang tidak terlalu tergantung pada arah ideologi mahkamah itu, yaitu kasus-kasus hak kekayaan intelektual dan praktek illegal perdagangan di bursa demi keuntungan sendiri lewat akses informasi rahasia atau dikenal sebagai “insider trading”.

Siapa pun yang memenangkan pemilu dan kemana pun arah mahkamah ini, tampaknya akan diperlukan beberapa hakim pengganti lain mengingat dua hakim agung kini berusia lebih dari 80 tahun dan satu lainnya berusia 78 tahun.

Hakim Agung Ruth Bader Ginsberg yang berusia 83 tahun mengatakan ia berencana memutuskan untuk pensiun satu tahun lagi. [em]

XS
SM
MD
LG