Pada saat warga Amerika berduka atas tewasnya 59 orang dalam penembakan massal di Las Vegas, Minggu (1/10), sebuah kajian baru menyoroti para penyintas.
Setiap tahunnya, sebanyak 78.000 orang dirawat di rumah sakit di Amerika karena luka tembak, kata Doctor Faiz Gani, penulis utama kajian tersebut. Ini adalah jumlah yang mencengangkan.
Laporan terbaru yang diterbitkan di Health Affairs menghitung ongkos yang harus dikeluarkan untuk merawat luka tembak: 2,8 miliar dolar per tahun untuk tagihan rumah sakit di Amerika dan 46 miliar dolar per tahun untuk kehilangan pekerjaan dan perawatan medis.
“Ada beban klinis dan finansial yang besar di sini dan kita harus melakukan sesuatu untuk mengatasinya,” kata Gani yang juga seorang periset pascadoktoral di John Hopskin School of Medicine di Baltimore, Maryland.
Kebijakan yang publik yang berdasarkan riset ilmiah bisa mencegah pembantaian dengan penembakan seperti yang terjadi di konser musik Country di Las Vegas, minggu ini, kata Gani.
Riset yang didanai pemerintah telah menghasilkan sejumlah intervensi yang menyelamatkan jiwa untuk mencegah cidera lainnya. Misalnya, riset seperti ini menginspirasi munculnya aturan hukum mengenai kewajiban menggunakan sabuk pengaman ketika berkendara. Namun sejak 1996, Kongres telah menghambat dana federal untuk membiayai riset ilmiah untuk mempelajari pencegahan cidera akibat tembakan.
“Pembunuhan masal memang menerima perhatian media paling banyak. Tetapi seperti yang terlihat dalam angka, insiden ini hanya mewakili porsi kecil dari total biaya — baik untuk korban dan perawatan medis— yang dikeluarkan untuk luka akibat tembakan di Amerika,” kata David Hemeway, Direktur Harvard Injury Control Research di Boston.
Gani dan rekan-rekannya menganalisa sampel pasien yang mewakili secara nasional. Pasien-pasien ini dibawa ke unit gawat darurat di berbagai rumah sakit di Amerika dalam keadaan hidup dengan luka-luka akibat tembakan antara tahun 2006 hingga 2014.
Selama sembilan tahun, lebih dari 700.000 orang datang ke unit gawat darurat untuk mendapatkan perawatan akibat luka tembak, menurut hasil kajian tersebut.
Kaum pria memiliki kecenderungan untuk menjadi korban tembakan sembilan kali lebih tinggi dibandingkan perempuan dan pria berusia 20 hingga 24 tahun berisiko lebih tinggi, menurut penelitian tersebut.
Penembakan yang tidak disengaja mengakibatkan lebih dari sepertiga cidera akibat luka tembak yang tidak fatal, menurut para peneliti. [fw/as]