Tautan-tautan Akses

Lolos dari Maut, Dokter Minta Warga Tetap Disiplin Meski Ada Vaksin


dr. Ulul Albab, SpOG, spesialis kandungan. (Foto courtesy: pribadi)
dr. Ulul Albab, SpOG, spesialis kandungan. (Foto courtesy: pribadi)

Hingga hari ini dr. Ulul Albab, SpOG, spesialis kandungan di Jakarta yang baru sembuh dari virus corona tidak pernah tahu dari mana ia terjangkit virus mematikan ini. Yang ia tahu, ia jatuh sakit, dadanya sesak dan ia sempat berada dalam kondisi kritis.

dr. Ulul Albab, SpOG, spesialis kandungan, saat dirawat di sebuah rumah sakit di Jakarta, akibat terinfeksi virus Covid-19 (Foto courtesy: pribadi)
dr. Ulul Albab, SpOG, spesialis kandungan, saat dirawat di sebuah rumah sakit di Jakarta, akibat terinfeksi virus Covid-19 (Foto courtesy: pribadi)

“Dua puluh dua hari saya dirawat di rumah sakit, termasuk tujuh hari di ICU, lalu 14 hari di rumah. Saat di rumah sakit saya sempat dibuat tidak sadarkan diri atau diintubasi. Intubasi ini adalah proses pengambilalihan fungsi paru-paru, di mana paru-paru saya diistirahatkan, sementara sistem pernafasan untuk sementara waktu diganti oleh alat lain. Tindakan ini diambil karena jika paru-paru masih bekerja secara berat maka terapi yang diberikan tidak memberi hasil maksimal. Risikonya memang sangat besar. Pilihan saya ketika itu adalah mengikuti proses itu atau ya.. saya pamitan dengan keluarga,” ujar Ulul Albab dengan lirih ketika diwawancarai VOA akhir pekan lalu.

Ulul Albab, yang kelahiran Pati tahun 1980, bekerja sebagai dokter kandungan di sebuah rumah sakit di Jakarta. Ia melayani sekitar 30-40 pasien per hari, sesekali melakukan operasi dan mengunjungi pasiennya yang dirawat di rumah sakit. Ia merasa selalu mematuhi protokol kesehatan yang dikeluarkan setelah virus corona merebak Maret lalu, mengenakan alat pelindung diri atau APD ketika bertugas, dan menjaga asupan makanan agar kekebalan tubuhnya tetap baik. Jadi ia sama sekali tidak menyangka akan tertular virus corona.

342 Petugas Medis di Indonesia Meninggal Akibat Covid-19

Hingga laporan ini disampaikan sudah 342 petugas medis dan kesehatan di Indonesia yang meninggal akibat terjangkit Covid-19. Jumlah ini mencakup 192 dokter, 14 dokter gigi dan 136 perawat.

Dari 192 dokter yang meninggal itu, 101 diantaranya adalah dokter umum (termasuk empat guru besar) dan 89 dokter spesialis (termasuk tujuh guru besar).

Grafis Sebaran IDI Wilayah Kematian Dokter Indonesia (Grafis: Tim Mitigasi IDI)
Grafis Sebaran IDI Wilayah Kematian Dokter Indonesia (Grafis: Tim Mitigasi IDI)

Tim Mitigasi IDI (Ikatan Dokter Indonesia) mencatat kematian tenaga medis ini naik hingga tiga kali lipat pada minggu pertama Desember ini saja.

“Untuk warga yang masih tidak percaya atau menganggap Covid-19 ini hoaks, saya ini adalah bukti nyatanya. Covid-19 itu nyata dan ada. Berbeda dengan profesi lain, kami dokter dan perawat, tidak bisa break atau jeda. Kami harus bertugas, melayani pasien secara terus menerus," ujar Ulul Albab ketika menjelaskan semakin banyaknya jumlah petugas medis yang terjangkit dan meninggal karena virus ini.

Daftar Jumlah Kematian Dokter Indonesia Berdasarkan Profesi. (Grafis: IDI)
Daftar Jumlah Kematian Dokter Indonesia Berdasarkan Profesi. (Grafis: IDI)

"Saya melihat sendiri ketika saya dirawat di rumah sakit, teman-teman sesama petugas medis yang mengenakan APD 24 jam sehari begitu kelelahan. Bisa jadi faktor kelelahan karena bekerja di garis depan ini membuat daya tahan tubuh mereka juga turun,” lanjutnya.

Vaksin Saja Tak Cukup Atasi Covid-19

Dokter spesialis kandungan lulusan Universitas Indonesia ini lebih jauh mengatakan tanggung jawab mencegah meluasnya perebakan virus corona itu sedianya menjadi kewajiban semua pihak, tidak hanya pemerintah atau petugas medis semata. Ia juga menyitir keberadaan vaksin. Ulul Albab mengatakan vaksin bukan pengganti protokol kesehatan 3T dan 3M, tetapi sedianya berjalan beriringan.

“Vaksin apapun tidak akan efektif jika kita mengabaikan 3T dan 3M,” tegasnya. Tiga T adalah sebutan untuk testing, tracing dan treatment, atau pengujian, pelacakan dan perawatan kesehatan. Sementara tiga M adalah sebutan untuk mengenakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Keduanya adalah bagian dari protokol kesehatan yang dijalankan banyak negara, termasuk Indonesia, untuk mencegah perebakan Covid-19.

Vaksin buatan Sinovac-China telah tiba di ibu kota Jakarta, Minggu malam (6/12). Vaksin berjumlah 1,2 juta dosis yang masih harus melalui kajian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) itu kini disimpan di gudang-gudang BioFarma di Bandung, Jawa Barat.

Menurut Presiden Joko Widodo, pemerintah juga sedang mengupayakan datangnya 1,8 juta dosis vaksin lagi, yang diperkirakan tiba pada awal Januari. Ini belum termasuk vaksin dalam bentuk curah yang akan diproses lebih lanjut oleh PT. Bio Farma.

Sementara di Amerika, Badan Urusan Pangan dan Obat-Obatan Amerika FDA Kamis malam (10/12) memberikan otorisasi penggunaan vaksin buatan Pfizer-BioNTech untuk penggunaan darurat. Kebijakan ini diambil di saat jumlah warga Amerika yang terjangkit dan meninggal akibat virus corona melonjak.

Pada hari Rabu (7/12) saja ada 3.157 orang yang meninggal, yang tertinggi sejak pandemi ini mulai menyelimuti Amerika bulan Maret lalu. John Hopkins University mencatat sudah 15,7 juta warga Amerika terjangkit Covid-19, termasuk lebih dari 292.000 orang yang meninggal dunia.

Aman, Imun dan Iman

“Tim medis berupaya keras melakukan yang terbaik, memberi perawatan kesehatan, memulai terobosan guna mendapat terapi yang paling tepat, tetapi ini penyakit yang sama sekali baru. Ada yang hanya menderita batuk tanpa demam, tanpa kehilangan penciuman. Tapi ada yang menderita demam, gangguan pernafasan, gangguan pencernaan, dan akhirnya kritis," jelas dr. Ulul Albab.

Walaupun ada obat untuk meredakan rasa sakit akibat Covid-19 ini, atau ada vaksin sekali pun, menurutnya, yang paling penting itu adalah mencegah supaya tidak tertular. Apalagi obat atau vaksin itu belum tentu cocok.

"Jadi memang yang paling utama adalah mencegah agar jangan sampai terjangkit. Caranya? Pakai masker, jaga jarak, cuci tangan pakai sabun. Pokoknya : aman, imun dan iman. Aman dengan menjalankan protokol kesehatan. Imun dengan cara olahraga, pola hidup sehat, istirahat cukup, makan makanan bergizi. Sementara iman – yaitu dengan mendekatkan diri pada Allah SWT, selalu berdoa agar kita dan keluarga dijauhkan dari penyakit ini. Juga percaya bahwa Ia akan selalu menolong kita,” pesannya, menutup pembicaraan dengan VOA. [em/es]

Recommended

XS
SM
MD
LG