Setidaknya 67 warga Irak tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam aksi protes yang berlangsung dalam dua hari di akhir pekan. Para demonstran bentrok dengan pasukan keamanan dan kelompok-kelompok milisi dalam gelombang kedua protes terhadap pemerintah Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi.
Abdul Mahdi memerintahkan para anggota Layanan Kontra Terorisme (CTS) elit negara itu turun ke jalan-jalan di ibukota Baghdad dan kota selatan Nasiriya pada Sabtu malam (26/10) untuk menahan kekerasan yang semakin meningkat.
Mereka diperintahkan untuk "menggunakan semua tindakan yang diperlukan" untuk mengakhiri protes, sumber keamanan mengatakan kepada Reuters.
Sekitar tengah malam, pasukan CTS mengambil alih pos pemeriksaan di lingkungan sekitar pusat Tahrir Square, Baghdad, dan mulai menghalau para pengunjuk rasa. Pasukan keamanan yang menembakkan gas air mata sebelumnya gagal membersihkan alun-alun demonstran.
Di Nasiriya, tentara CTS membubarkan demonstrasi dengan memukuli dan menangkap lusinan pengunjukrasa, kata polisi dan sumber keamanan.
Kedua kota itu, tempat ribuan orang melakukan protes pada hari kedua, menyaksikan sebagian besar kekerasan pada hari Sabtu ketika para pengunjuk rasa terus melampiaskan rasa frustrasi mereka pada para elit politik. Para elit politik dikatakan gagal memperbaiki kehidupan mereka setelah bertahun-tahun konflik dan kesulitan ekonomi.
Empat orang tewas setelah dipukul langsung di kepala oleh tabung gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan keamanan di Baghdad, dengan lusinan lainnya terluka. Empat lainnya tewas di Nasiriya, ketika sekelompok pengunjuk rasa menyerbu rumah seorang pejabat keamanan setempat, kata polisi. Para penjaga melepaskan tembakan setelah para demonstran membakar gedung itu, kata polisi.
Tujuh orang lagi tewas di Hilla, sebagian besar ketika anggota kelompok milisi Organisasi Badr yang didukung Iran menembaki para pengunjuk rasa yang berkumpul di dekat kantor mereka.
Setidaknya 52 orang tewas di seluruh negeri pada hari Jumat, dan lebih dari 2.000 lainnya terluka.
Pertumpahan darah terakhir adalah serangan besar kedua bulan ini. Sebelumnya pada Oktober, 157 orang tewas dan lebih dari 6.000 lainnya cedera dalam bentrokan lain antara pemrotes dan pasukan keamanan.
Kerusuhan telah menghancurkan hampir dua tahun stabilitas relatif di Irak, yang dari tahun 2003 hingga 2017 mengalami pendudukan asing, perang saudara dan pemberontakan ISIS.
Ini merupakan tantangan terbesar bagi Abdul Mahdi sejak ia menjabat setahun yang lalu. Meskipun menjanjikan reformasi dan memerintahkan perombakan kabinet secara luas, ia sejauh ini telah berjuang untuk mengatasi ketidakpuasan para pemrotes.
Menambah lebih banyak tekanan, blok parlemen yang terkait dengan ulama Syiah Moqtada al-Sadr mengumumkan akan masuk ke oposisi pada hari Sabtu, sebuah pukulan besar bagi kepemimpinannya.
Namun, keputusan Abdul Mahdi untuk mengerahkan pasukan CTS kemungkinan akan disambut dengan dukungan luas dari elit politik negara itu serta pujian dari pasukan keamanan yang mengatakan mereka tidak akan menghindar untuk menggunakan kekuatan.
Sebelumnya pada hari itu, militer dan Kementerian Dalam Negeri Irak mengatakan bahwa mereka berencana untuk menanggapi protes dengan lebih tegas pada hari Sabtu setelah jumlah kematian yang tinggi pada hari Jumat.
Di Basra, polisi mengatakan pengunjuk rasa yang menyerang pasukan keamanan, properti publik dan pribadi akan dituntut di bawah undang-undang anti-terorisme ketat Irak.
Para pemimpin politik juga mendukung tindakan pasukan keamanan selama akhir pekan. Sementara para pemimpin milisi mengisyaratkan dukungan mereka untuk bersikap keras terhadap para demonstran, dan mendesak perdana menteri untuk tidak mundur.
Pernyataan itu muncul setelah protes keras terjadi di seluruh negeri. Gas air mata dilemparkan tanpa pandang bulu pada pengunjuk rasa pada hari Sabtu.
Di Baghdad, para pemrotes membagikan masker dan pengobatan buatan sendiri untuk melindungi diri mereka dari gas air mata. Yang lain membagikan makanan dan air.
Sirene meraung-raung dan mobil mengangkut para demonstran yang berdarah-darah ke rumah sakit.
Sebagian besar dari mereka yang terbunuh pada hari Jumat dan Sabtu adalah pengunjuk rasa di kota-kota di selatan, ketika para demonstran memusatkan kemarahan mereka pada politisi dan kelompok milisi Syiah yang didukung Iran.[ah]