Ahmed Eissi penduduk Damaskus mengatakan warga Suriah berharap keputusan Liga Arab menjadi awal baru dan kembalinya hubungan baik dengan negara-negara Arab lainnya yang bisa membantu rakyat Suriah.
Liga Arab pada hari Minggu (8/5) mengumumkan keputusan untuk memulihkan keanggotaan Suriah. Pengumuman ini mengakhiri penangguhan selama 12 tahun dan menjadi langkah maju berikutnya ke arah pemulihan Assad ke posisinya semula setelah lama dimusuhi.
Konflik tersebut telah menewaskan hampir setengah juta orang sejak Maret 2011 dan menelantarkan separuh dari 23 juta penduduk sebelum perang di negara itu.
Keputusan Menteri Luar Negeri Liga Arab untuk mengembalikan keanggotaan Suriah di badan itu dilaporkan tidak diloloskan dengan suara bulat tetapi dengan suara terbanyak dan diambil dalam sidang tertutup.
Langkah itu dilakukan beberapa hari sebelum KTT Liga Arab yang dijadwalkan di ibu kota Arab Saudi, Riyadh. Sebuah pernyataan Liga Arab mengatakan bahwa "penyelesaian konflik Suriah adalah setahap demi setahap," dan bahwa langkah pertama adalah dimulainya kembali partisipasi Suriah dalam pertemuan Liga Arab.
Kelompok tersebut mendukung "integritas wilayah Suriah", dan "penarikan semua pasukan asing" dari negara tersebut.
Juru bicara Liga Arab Jamal Rushdy mengatakan keputusan hari Minggu "tidak menandakan berakhirnya konflik di Suriah, tetapi awal dari sebuah akhir."
Ia menambahkan bahwa krisis Suriah "bukan hanya konflik domestik, tetapi konflik regional dan internasional," mencatat bahwa Liga Arab "ingin terlibat dalam penyelesaian konflik," karena dampaknya terhadap banyak negara Arab.
Rushdy mengatakan keputusan untuk mengembalikan kursi Suriah sebagian besar merupakan langkah politik simbolis, setelah bertahun-tahun tidak mengizinkan Suriah berpartisipasi dalam kelompok tersebut, dan negara-negara Arab ingin Suriah ikut menjadi pihak dalam penyelesaian konfliknya.
Khattar Abou Diab, yang mengajar ilmu politik di Universitas Paris, mengatakan kepada VOA bahwa penerimaan kembali Suriah ke Liga Arab dilakukan pada saat yang buruk, hanya beberapa hari setelah kunjungan Presiden Iran Ebrahim Raissi ke Damaskus, di mana Teheran dan Damaskus membuat kesepakatan jangka panjang terkait minyak, fosfat, transportasi, listrik, pertanian, dan masalah ekonomi utama lainnya.
Ia mengatakan bahwa keputusan untuk mengembalikan kursi Suriah di Liga Arab menandakan kemenangan penuh rezim Suriah dan itu adalah simbol bagi pemerintah Suriah.
Komunitas internasional, katanya, telah mengizinkan Suriah mempertahankan kursinya di PBB, jadi jika Damaskus masih bisa menjadi anggota PBB, tidak ada alasan mengapa ia tidak bisa menjadi anggota Liga Arab.
Abou Diab menambahkan bahwa Suriah sekarang secara efektif dibagi menjadi tiga atau empat zona pengaruh, dengan rezim Assad mengendalikan sebagian besar negara, di bawah pengaruh Iran dan Rusia, dengan Turki mengendalikan bagian barat laut negara itu di bawah kendali milisi pro-Turki dan jihadis. Pasukan Kurdi mengendalikan timur laut dengan dukungan AS, selain kendali Israel atas wilayah udara negara itu. [my/jm]
Forum