Tautan-tautan Akses

Libya Hadapi Perebutan Kekuasaan dan Campur Tangan Negara Asing


Khalifa Haftar, komandan militer Libya, setelah menghadiri konferensi internasional tentang Libya di Istana Elysee di Paris, 29 Mei 2018. (Foto: Reuters/Philippe Wojaze)
Khalifa Haftar, komandan militer Libya, setelah menghadiri konferensi internasional tentang Libya di Istana Elysee di Paris, 29 Mei 2018. (Foto: Reuters/Philippe Wojaze)

Komandan militer yang berkuasa di timur Libya, Jenderal Khalifa Haftar, dilaporkan telah berhasil masuk dan mengepung Ibu Kota Libya, Tripoli. Ini terjadi ketika Perdana Menteri Libya Fayez al Seraj, yang diakui dunia internasional, berusaha minta bantuan Turki saat bertemu di Qatar, Sabtu (14/12).

Khalifa saat ini tengah melancarkan usaha baru untuk merebut Tripoli.

Sementara itu, kemarahan dunia internasional atas usaha Turki campur tangan dalam perairan Timur Tengah yang kaya minyak itu, telah memicu Presiden Perancis Emmanuel Macron menyatakan dukungan negaranya pada Yunani dan Siprus, dua anggota Uni Eropa, dalam perebutan kedaulatan maritim di Laut Tengah.

Televisi Arab menyiarkan video amatir yang menunjukkan pasukan Jenderal Khalifa Haftar sedang berada di berbagai lokasi strategis di ibu kota Tripoli dalam 24 jam terakhir.

Menteri Dalam Negeri Fathi Bashaga mengatakan pada media Turki, pasukannya sanggup mempertahankan Kota Tripoli. Namun ia juga mengeluhkan pasukan Jenderal Haftar yang mendapat bantuan militer asing.

Menurut Menteri Bashaga, ia tidak takut pasukan jenderal Haftar akan merebut ibu kota, dan menambahkan tentaranya sanggup mempertahankan diri. Tapi ia mengeluhkan Jenderal Haftar yang dibantu oleh tentara bayaran Rusia dan juga tentara Mesir dan Emirat Persatuan Arab.

Namun juru bicara pasukan pimpinan Jenderal Haftar, Kolonel Ahmed Almasmari, mengutuk apa yang disebutnya campur tangan Turki dalam konflik itu.

Seorang anggota pasukan pro-pemerintah Libya yang diakui secara internasional terlihat di pinggiran Tripoli, Libya, 10 April 2019. (Foto: Reuters/Hani Amara)
Seorang anggota pasukan pro-pemerintah Libya yang diakui secara internasional terlihat di pinggiran Tripoli, Libya, 10 April 2019. (Foto: Reuters/Hani Amara)

Menurutnya, Libya ingin menjelaskan kepada dunia Turki telah mengirim dan menyimpan senjata di kawasan penduduk sipil di kota pelabuhan Misrata. Kata Almasmari, pasukannya belum akan menargetkan kota itu karena banyak warga sipil yang tinggal disana, Namun tidak tertutup kemungkinan untuk melakukannya di masa mendatang.

Khattar Abou Diab, pakar Ilmu Politik di Universitas Paris mengatakan, pemerintah resmi Libya sedang berusaha mendorong campur tangan Turki dalam konflik itu, tapi ia meragukan Turki akan mengirim bantuan selain senjata.

Menurut Diab, ancaman campur tangan Turki tidak berdasarkan kenyataan, karena adanya sanksi PBB atas Libya. Turki harus berpikir dua kali sebelum mengirim bantuan selain senjata dan sejumlah penasihat.

Kata Abou Diab lagi, Amerika khawatir akan campur tangan Rusia di Libya dan masih ragu-ragu untuk memberikan dukungan pada Jenderal Haftar. Sementara Prancis, Mesir, Rusia dan Emirat Persatuan Arab telah mendukung Haftar sejak ia pertama kali berusaha merebut Tripoli pada bulan April lalu. Sedangkan Italia, tambahnya, yang tadinya bermusuhan dengan Haftar, kini telah bersikap lebih lunak.

Pakar Rusia tentang masalah Timur Tengah, Yevgeny Sidrov mengatakan kepada stasiun TV al-Arabiya milik Saudi, “laporan Turki akan campur tangan di Libya hanyalah untuk konsumsi dalam negeri”. Sidrov mengaku ragu Turki akan campur tangan tanpa mendapat persetujuan Rusia. [ii/jm]

XS
SM
MD
LG