Penulis sekaligus jurnalis asal Indonesia, Leila Chudori, belum lama ini melakukan tur bedah buku novel terakhirnya yang berjudul 'Pulang' di beberapa kota di Amerika.
Novel yang dirilis pada tahun 2012 ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, salah satunya bahasa Inggris tahun 2015 lalu menjadi 'Home.'
Di AS, Leila menyelenggarakan acara bedah buku yang dilakukan di beberapa universitas, termasuk University of California di Los Angeles, University of Washington di Seattle, New York University, dan Columbia University di New York.
Tidak hanya mahasiswa asal Indonesia yang hadir, mahasiswa lokal yang sebagian besar sudah mengenal Indonesia dan memiliki fokus studi mengenai Asia Timur dan Tenggara juga ikut meramaikan acara tersebut.
"Memang kebetulan beberapa universitas ini ya tertarik untuk membahas buku saya," papar Leila Chudori kepada VOA belum lama ini.
Hasil karya Leila sebelumnya -- 'Malam Terakhir,' 'Air Suci Sita,' dan '9 dari Nadira' -- sudah dikenal di dunia sastra internasional, antara lain di Eropa dan Australia.
"Kalau saya ke Australia atau ke beberapa negara di Eropa, di Belanda atau di mana mereka pasti mention ‘oh ini short story kamu, dalam Malam Terakhir, yang ini nih menjadi bahan studi.’ Ada beberapa bukan hanya itu," tutur putri mendiang jurnalis Muhammad Chudori ini.
Memang tidak sedikit institusi di luar negeri yang sudah menjadikan hasil karya Leila sebagai bahan diskusi. Tidak heran namanya juga sudah dikenal di dunia sastra AS.
"Jadi ada beberapa universitas kemarin, misalnya Berkeley, salah satu profesornya, dia yang memberi introduction, dia mengatakan kepada hadirin bahwa karya-karya saya sebelumnya itu memang juga dipelajari di kelasnya dia di sastra," ujar peraih penghargaan penulis skenario televisi terbaik di ajang Bandung Film Festival tahun 2007 untuk serial televisi "Dunia Tanpa Koma" ini.
Selain itu, alumni dari Trent University di Ontario, Kanada, ini juga sempat berkunjung ke beberapa kota di negara bagian Texas, tempat perusahaan penerbit novel 'Home' yaitu Deep Vellum di AS berasal.
Tidak hanya berbicara di universitas-universitas Amerika, ibu dari penulis Rain Chudori ini juga hadir di beberapa acara diskusi panel dan menjadi tamu di beberapa toko buku di Amerika, di mana ia bertemu dengan masyarakat lokal AS yang memang tertarik untuk membaca bukunya dan mendapat tanda tangan Leila.
Novel 'Pulang' yang meraih penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa di Indonesia tahun 2013 lalu bercerita tentang empat orang eksil politik Indonesia korban tragedi peristiwa 1965, yang menetap di Paris dan tidak bisa kembali ke Indonesia.
Generasi kedua merekalah yang kemudian bisa pulang ke tanah air pada tahun 1998. Walaupun mengangkat tema yang spesifik dengan latar belakang Indonesia, Leila mendapat tanggapan yang positif dari para hadirin.
"Mereka tertarik sekali. Karena kalau yang di toko buku kan datangnya tuh mereka belum membaca. Kalau toko buku mau mendatangkan author, mereka kan kasih semacam iklan di newsletter-nya, ada posternya ada. Nah, kemudian mereka tertarik, tentu awalnya dari temanya."
"Kemudian mereka datang, mendengar (tanya jawab) saya, mendengar reading saya, mungkin reading dari salah satu excerpt-nya ya. Biasanya saya lain-lain gitu, takut bosan," papar Leila sambil bercanda.
Pertanyaan yang datang dari para hadirin mengenai novel yang telah memakan waktu penggarapan selama enam tahun ini cukup beragam.
"Kalau misalnya graduate student-nya itu adalah literatur, sastra, mereka pasti pertanyaannya, kenapa point of viewnya saya pakai point of view ganti-ganti, kan saya tuh ada banyak tokohnya, jadi mereka pasti bertanya soal teknik, soal bahasa, soal diksi."
"Tapi kalau yang bertanya adalah orang-orang yang dari (jurusan) South East Asian studies, itu kan politik atau sosial, nah mereka selalu tertarik bagaimana proses saya, bagaimana waktu saya mewawancarai (korban). Mereka ingin tahu background-nya," ucap Leila.
Saat ini Leila tengah menulis buku terbarunya 'Namaku Alam,' yang akan fokus kepada tokoh pemuda bernama Alam yang sudah diceritakan sebelumnya dalam novel 'Pulang.'
Bagi yang bercita-cita menjadi penulis, Leila berpesan untuk selalu menikmati proses penulisan yang dilakukan.
"Saya tuh enggak bercita-cita ‘oh, ini harus dapat penghargaan. Ini harus ada di toko buku di Amerika.’ Kita harus berpikirnya, ‘do we enjoy the storytelling or not? Do we enjoy the writing or not? Kalau misalnya kita sendiri sudah enjoy, dengan sendirinya menurut saya pasti orang lain juga akan enjoy," kata Leila menutup wawancara dengan VOA.