Pejabat tinggi bantuan PBB memperingatkan, Senin (21/11), bahwa pelayanan kesehatan di Suriah telah hancur oleh pengeboman dalam konflik yang sudah berjalan hampir enam tahun.
"Lebih dari separuh rumah sakit umum dan pusat kesehatan masyarakat di negara itu ditutup atau hanya sebagian yang berfungsi," kata wakil Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Suriah, Elizabeth Hoff, pada pertemuan Dewan Keamanan PBB, melalui tautan video dari Damaskus.
"Hampir dua pertiga dari semua tenaga profesional kesehatan telah meninggalkan negara itu, produksi obat-obatan dalam negeri telah berkurang dua pertiga dan tingkat cakupan vaksinasi telah turun hingga setengahnya," katanya.
Hasilnya, banyak warga Suriah yang sekarat akibat penyakit yang dapat dicegah, bukan hanya luka perang. Rumah sakit dan klinik juga telah menjadi target utama dari pesawat tempur pemerintah dan Rusia.
Hoff mengatakan, dalam sembilan bulan pertama tahun ini ada 126 serangan. Hanya bulan ini, 11 rumah sakit diserang di provinsi Aleppo, Idlib dan Hama, sebagian lebih dari sekali serangan.
"Sampai kemarin, hampir tidak ada rumah sakit berfungsi yang tersisa di Aleppo Timur yang mampu mengobati korban yang luput dari kematian, karena semua rumah sakit dibom hingga musnah," ujarnya.
Sejak Juli, Aleppo Timur telah menjadi fokus serangan udara militer besar-besaran oleh rezim Presiden Rusia Bashar al-Assad yang didukung Rusia. Setelah beberapa minggu relatif tenang, pemboman intensif mulai lagi hari Selasa lalu.
Sebanyak 275.000 ribu warga sipil dikepung pasukan pemerintah di Aleppo timur yang dikuasai oposisi. Pada 13 November, pasokan makanan terakhir yang dimiliki Program Pangan Dunia (WFP) di bagian kota itu habis. Pemerintah tidak mengizinkan pekerja bantuan ke bagian timur kota itu sejak Juli. Pasokan medis juga sangat rendah. [ps/al]