Musim semi di Semenanjung Korea biasanya diramaikan dengan latihan pendaratan pasukan di pantai, seperti yang terjadi di Pantai Normandia dalam masa Perang Dunia ke-2. Suara tembakan meriam-meriam besar terdengar di kejauhan dan langit yang biru dipenuhi garis-garis asap yang dikeluarkan oleh jet-jet tempur.
Tapi kini, kata laporan wartawan Associated Press, ketika Korea Utara dan Selatan bersiap-siap akan mengadakan pertemuan puncak yang pertama dalam waktu lebih dari satu dasawarsa pada Jumat (27/4), terasa ada harapan untuk perdamaian.
Korea Selatan sejak lama telah mengadakan latihan militer besar-besaran dengan angkatan bersenjata Amerika. Tapi tahun ini latihan-latihan besar itu telah ditangguhkan, diperkecil dan kemungkinan dipersingkat waktunya, meski tidak dibatalkan.
Latihan bersama tahun ini dimulai 1 April dan diperkirakan akan berlangsung sampai akhir bulan, walaupun biasanya dimulai Maret atau lebih awal.
Dalam tahun 1980-an, 200 ribu tentara Amerika dan Korea Selatan ikut dalam latihan yang disebut Team Spirit. Ini adalah latihan militer tahunan terbesar di seluruh dunia.
Jumlah peserta latihan kali ini jauh lebih keci. Namun latihan militer kali ini menggunakan jenis-jenis senjata yang kira-kira akan dibutuhkan, jika pecah perang Korea yang baru, dan adanya skenario tentang kemungkinan penggulingan rezim Kim Jong-un.
Latihan militer gabungan itu seringkali menyertakan kapal-kapal dan pesawat tempur Amerika yang paling baru dan canggih.
Tahun ini kapal serbu amfibi USS Wasp ikut dalam latihan. Kapal itu bisa membawa jet-jet siluman F-35B, yang bisa lepas landas dan mendarat secara tegak lurus. Jet-jet jenis ini dianggap sangat peka bagi Korea Utara karena kemungkinan besar bisa digunakan dalam serbuan atas Korea Utara, termasuk pembunuhan Kim Jong-un dan para pembantu dekatnya.
Tapi kapal induk raksasa bertenaga atom USS Carl Vinson dan kapal-kapal satuan tempur pengawalnya yang ikut latihan tahun lalu dan diancam akan dihantam dengan “serangan tanpa ampun dan sangat tepat” oleh Korea Utara, kali ini tidak ikut.
Cuaca yang tidak menguntungkan juga membatalkan rencana pendaratan pasukan besar-besaran di pantai Kota Pohang, di Korea selatan. [ii]