Mantan capres presiden dari kelompok oposisi Venezuela, Edmundo González, melarikan diri ke pengasingan setelah mendapatkan suaka di Spanyol. Hal ini menjadi pukulan besar bagi jutaan orang yang menaruh harapan pada kampanye awal yang dilakukannya untuk mengakhiri dua dekade pemerintahan satu partai.
Kepergian mengejutkan González, yang dianggap oleh kelompok oposisi Venezuela dan beberapa negara asing sebagai pemenang yang sah dalam pemilihan presiden bulan Juli lalu, diumumkan pada Sabtu (7/9) malam oleh Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodriguez.
Rodriguez mengatakan pemerintah memutuskan untuk memberikan González izin keluar dari Venezuela, hanya beberapa hari setelah memerintahkan penangkapannya, guna membantu memulihkan “kedamaian dan ketenangan politik di negara tersebut.”
Baik González maupun pemimpin oposisi Maria Corina Machado belum memberikan komentar apapun.
Pemerintah kiri-tengah Spanyol mengatakan keputusan untuk meninggalkan Venezuela adalah keputusan González sendiri dan dia pergi dengan pesawat yang dikirim oleh Angkatan Udara Spanyol.
Tak Pernah Tinggalkan Pemimpin Oposisi
Menteri Luar Negeri Spanyol José Manuel Albares mengatakan kepada lembaga penyiaran nasional Spanyol, RTVE, bahwa pemerintahnya akan memberikan suaka politik kepada González sesuai dengan permintaannya. Albares berbicara dalam perjalanan ke China bersama Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez, yang sedang melakukan kunjungan kenegaraan.
“Saya bisa berbicara dengan (González) dan begitu dia berada di dalam pesawat, dan dia mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada pemerintah Spanyol dan Spanyol,” kata Albares seraya menambahkan, “Tentu saja saya mengatakan kepadanya bahwa kami senang dia baik-baik saja dan sedang dalam perjalanan ke Spanyol, dan saya menegaskan kembali komitmen pemerintah kami terhadap hak-hak politik seluruh rakyat Venezuela.”
Dalam pidato pada Jumat (6/9) sebelum pengumuman kepergiannya, Sánchez mengatakan pemimpin oposisi adalah "pahlawan yang tidak akan ditinggalkan Spanyol.
Albares mengatakan González telah menghabiskan beberapa hari di Kedutaan Besar Spanyol di Caracas sebelum keberangkatannya.
González Sempat Sulut Harapan Perubahan Rakyat
González, mantan diplomat berusia 75 tahun, menjadi pengganti calon presiden pada menit-menit terakhir ketika Machado dilarang mencalonkan diri. Sebelumnya namanya tidak diketahui oleh sebagian besar rakyat Venezuela, namun kampanyenya dengan cepat menyulut harapan jutaan rakyat Venezuela yang putus asa akan perubahan setelah keterpurukan ekonomi tselama satu dekade.
Meskipun Presiden Nicolás Maduro dinyatakan sebagai pemenang pemilu bulan Juli lalu, sebagian besar pemerintah di negara-negara Barat belum mengakui kemenangannya dan malah menuntut pihak berwenang mempublikasikan rincian hasil pemilu. Sementara itu, lembar penghitungan yang dikumpulkan oleh sukarelawan oposisi dari lebih dari dua pertiga mesin pemungutan suara elektronik menunjukkan bahwa González menang dengan selisih lebih dari 2 banding 1.
Tak Rilis Data Hasil Penghitungan Suara
Lembar penghitungan suara telah lama dianggap sebagai bukti utama hasil pemilu di Venezuela. Dalam pemilihan presiden sebelumnya, Dewan Pemilihan Umum menerbitkan secara online hasil dari masing-masing lebih dari 30.000 mesin pemungutan suara, namun kali ini panel yang dikendalikan Maduro tidak merilis data apa pun, dan malah menyalahkan dugaan serangan siber yang dilakukan oleh lawan-lawannya dari Makedonia Utara.
Jaksa Agung Tarek William Saab, sekutu setia Maduro, memerintahkan penangkapan González setelah dia tidak hadir tiga kali sehubungan dengan penyelidikan kriminal atas apa yang dianggapnya sebagai tindakan sabotase pemilu. Saab mengatakan kepada wartawan bahwa catatan pemungutan suara yang dibagikan pihak kelompok oposisi secara online adalah palsu dan merupakan upaya untuk melemahkan Dewan Pemilihan Nasional.
Sejumlah pakar PBB dan Carter Center, yang ikut memantau pelaksanaan pemilu atas undangan pemerintah Maduro, menilai hasil yang diumumkan oleh otoritas pemilu tidak memiliki kredibilitas.
Dalam sebuah pernyataan yang mengkritik pemilu tersebut, para pakar PBB tersebut tidak memvalidasi klaim oposisi atas kemenangan mereka, tetapi mengatakan bahwa catatan pemungutan suara yang dipublikasikan secara online tampaknya menunjukkan semua fitur keamanan asli.
Politisi Oposisi di Pengasingan Janji Tetap Berjuang Bagi Venezuela
Politisi oposisi di pengasingan, Franco Casella, mengatakan kepada RTVE bahwa González akan terus berkampanye melawan rezim dari luar negeri dalam apa yang disebutnya peran kepemimpinan ganda bersama Machado, yang menurut Casella masih bersembunyi di Venezuela.
Spanyol telah menjadi lokasi utama eksodus warga Venezuela, terutama mereka yang memimpin gerakan oposisi melawan rezim Maduro. Ini mencakup tokoh-tokoh seperti Leopoldo López, yang melarikan diri ke Spanyol untuk berkumpul dengan keluarganya pada tahun 2020; dan Antonio Ledezma, yang meninggalkan Venezuela tahun 2017.
Sekitar 44.000 warga Venezuela telah berimigrasi ke Spanyol dalam enam bulan pertama tahun ini. Statistik terakhir pemerintah pada tahun 2022 menyebutkan sekitar 212.000 warga Venezuela saat itu tinggal di Spanyol. [em/ab]
Forum