Tautan-tautan Akses

Laporan: Perusahaan Batu Bara Besar Indonesia Abaikan Emisi Metana 


Sejumlah kapal pengangkut batu bara berada di sungai Mahakam di Samarinda, Kalimantan Timur, pada 19 Desember 2022. (Foto: AP/Dita Alangkara)
Sejumlah kapal pengangkut batu bara berada di sungai Mahakam di Samarinda, Kalimantan Timur, pada 19 Desember 2022. (Foto: AP/Dita Alangkara)

Perusahaan batu bara di Indonesia, yang merupakan penghasil utama emisi karbon dioksida (CO2), mengabaikan emisi metana yang memanaskan planet, sehingga mengaburkan dampak lingkungan penuh dari operasi mereka, menurut sebuah laporan yang diterbitkan pada Senin (29/7).

Metana - yang bertanggung jawab atas sekitar sepertiga pemanasan dari gas rumah kaca - merupakan fokus utama bagi negara-negara yang ingin memangkas emisi dengan cepat dan memperlambat perubahan iklim.

Lembaga kajian energi yang berbasis di London, Ember, menganalisis profil emisi dari 10 perusahaan pertambangan batu bara besar di Indonesia, yang secara kolektif bertanggung jawab atas setengah dari produksi batu bara di negara ini.

Mereka menemukan bahwa hanya empat dari 10 perusahaan yang memasukkan emisi metana tambang batu bara (CMM) dalam inventaris emisi mereka, yang menunjukkan bahwa dampak lingkungan dari penambangan batu bara di Indonesia, tidak diperhitungkan secara menyeluruh.

“Gagal memahami atau melaporkan emisi ini secara tepat merusak pelaporan keberlanjutan perusahaan secara keseluruhan. Hal itu juga mengabaikan peluang signifikan yang berpotensi hilang untuk pengurangan emisi,” kata laporan itu.

Emisi CMM perusahaan-perusahaan itu, “dapat melebihi 8 juta ton setara CO2, lebih dari sepertiga dari total emisi potensial perusahaan”, kata Ember dalam siaran pers.

Emisi CMM dari sebagian besar perusahaan batu bara besar Indonesia, mungkin “setara atau lebih besar dari” total emisi mereka dari pembakaran bahan bakar fosil dan listrik yang dibeli, menurut laporan tersebut.

CMM, yang dikategorikan sebagai emisi buron atau pelepasan yang tidak disengaja, mengacu pada metana yang dilepaskan saat batu bara diekstraksi atau lapisan tanah atas dihilangkan.

Metana hanya bertahan di atmosfer selama sekitar satu dekade, tetapi memiliki efek pemanasan 28 kali lebih besar daripada karbon dioksida dalam skala waktu 100 tahun. Dalam skala waktu 20 tahun, efek pemanasannya sekitar 80 kali lebih besar daripada CO2.

Analis mendesak perusahaan batu bara Indonesia untuk mulai menanggapi dampak emisi metana secara serius guna memenuhi standar keberlanjutan.

“Pengukuran dan pelaporan emisi metana akan menjadi hal yang krusial dalam upaya dekarbonisasi penambangan batu bara dan memastikan kepatuhan terhadap standar nasional dan internasional,” kata analis Ember, Dody Setiawan.

Indonesia adalah salah satu penandatangan Global Methane Pledge yang bersifat sukarela dan pemerintah mengatakan telah berkomitmen untuk “mengambil tindakan domestik yang komprehensif guna mencapai pengurangan emisi metana global” pada 2030. [ns/ka]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG