Taliban tampaknya siap untuk mengambil alih paksa apa yang tidak mereka dapatkan melalui negosiasi setelah pasukan Amerika Serikat (AS) dan koalisi menyelesaikan penarikan pasukan dari Afghanistan. Hal itu diungkapkan dalam penilaian baru berdasarkan intelijen dari negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Laporan yang dikeluarkan pada Kamis (3/6) oleh tim pemantau sanksi PBB untuk Afghanistan, memperingatkan bahwa walaupun Taliban secara teknis masih mematuhi ketentuan perjanjian tahun lalu dengan AS, mereka telah memperketat cengkeraman pada kekuasaan, melakukan kontrol langsung atas lebih dari setengah dari pusat administrasi distrik di negara itu sambil memperebutkan atau mengendalikan hingga 70 persen wilayah di luar daerah perkotaan.
Badan intelijen negara-negara anggota PBB memperingatkan ini mungkin baru permulaan.
“Retorika Taliban dan laporan persiapan aktif Taliban untuk musim pertempuran musim semi menunjukkan kelompok itu kemungkinan akan meningkatkan operasi militer untuk 2021, terlepas dari apakah serangan musim semi diumumkan atau tidak,” kata laporan PBB.
Intelijen menunjukkan komandan Taliban juga telah mengumpulkan pasukan di sekitar kota-kota utama, siap untuk menyerang, sebagai bagian dari strategi untuk “membentuk operasi militer kelak ketika tingkat pasukan asing yang meninggalkan negara itu tidak lagi dapat merespons secara efektif.”
Laporan PBB lebih lanjut memperingatkan bahwa tidak banyak bukti yang menunjukkan bahwa Taliban telah berbuat banyak untuk memutuskan hubungan dengan kelompok teror al-Qaida, seperti yang dipersyaratkan oleh perjanjian dengan AS. [lt/em]