Pejabat pemerintah sementara di Libya mengatakan mantan pemimpin Moammar Gaddafi telah tewas setelah terluka dalam pertempuran pasukan Dewan Transisi Nasional (NTC) saat memperebutkan kota Sirte. Perdana Menteri Mahmoud Jibril mengkonfirmasikan kematian Gaddafi pada sebuah jumpa pers di Tripoli.
Sebelumnya, Kamis (20/10), para pemimpin militer NTC mengatakan Gaddafi telah ditahan, dan bahwa ia terluka parah. Ketua NTC Mustafa Abdel Jalil diharapkan akan segera memberi pernyataannya.
Pasukan NTC mengibarkan bendera baru Libya di pusat kota Sirte, Kamis pagi waktu setempat, sementara suara tembakan perayaan dan klakson mobil menggantikan tembakan senjata dan meriam yang terdengar di kota ini selama beberapa pekan belakangan.
Direbutnya kota Sirte ini terjadi dua bulan setelah pasukan yang setia kepada Dewan Transisi Nasional mengambil alih ibukota, Tripoli, memaksa Moammar Gaddafi dan keluarnya untuk melarikan diri. Salah seorang anak lelakinya, Muatassim, dipercaya termasuk salah satu yang ikut bertempur di Sirte, di mana pasukan NTC menggeledah rumah-rumah mencari mereka yang setia terhadap mantan pemimpin Libya tersebut.
Pernyataan kemenangan di Sirte diharapkan memulai langkah-langkah politik yang mengarah pada diselenggarakannya pemilu, pembentukan pemerintahan dan konstitusi baru. Langkah-langkah tersebut akan signifikan artinya bagi negara yang selama 40 tahun berada di bawah kekuasaan Gaddafi yang memerintah seorang diri.
Dikuasainya Sirte menyusul sukses pasukan NTC di kota daerah pro-Gaddafi lainnya, Bani Walid, pada awal pekan ini. Pertempuran masih berlangsung di sebelah selatan negara Libya, di daerah padang pasir yang berbatasan dengan Niger, Aljazair dan Chad. Tapi kekuasaan atas kota Sirte merupakan sebuah kemenangan simbolik, menyatukan menyatukan koridor populasi utama di pesisir utara mulai dari bagian timur di Benghazi hingga Tripoli di bagian barat.
Pakar Libya, Ziad Akl, dari Ahram Center di Kairo mengatakan pasukan Gaddafi mengalami kesulitan untuk terus bertempur. "Pertama-tama, mereka tidak terorganisasi dengan baik, tidak punya strategi tertentu, dan mereka tidak berjuang untuk menang," ujar Akl. "Mereka hanya berupaya untuk mempertahankan posisi mereka sekarang dan menghentikan berkembangnya revolusi, padahal ini pertempuran yang berkembang dengan cepat."
Jika benar itu yang terjadi, maka sebagian besar kontak senjata yang telah berlangsung berbulan-bulan di Libya telah usai Kamis ini.