Televisi pemerintah Iran telah menayangkan sedikitnya 355 pengakuan yang diduga hasil rekayasa sebagai cara untuk meredam pembangkangan dan menakuti-nakuti para aktivis, kata sebuah laporan yang dirilis Kamis (25/6).
Laporan yang dirilis organisasi JFI (Keadilan untuk Iran) dan FIDH (Federasi Internasional untuk Masalah HAM) ini menyoroti kasus-kasus yang menggambarkan bagaimana sejumlah tahanan diarahkan sedemikian rupa untuk memberikan pengakuan palsu di bawah arahan sejumlah pegawai televisi pemerintah, IRIB (Islamic Republic of Iran Broadcasting).
Menurut laporan itu, sejumlah tahanan dipukuli, diancam diperkosa dan diadu domba dengan orang-orang terdekatnya agar bersedia memberikan pengakuan palsu yang kemudian ditayangkan dalam beberapa program televisi. Tak sedikit di antara para tahanan itu diperintahkan untuk membacakan sejumlah pernyataan bohong yang tertera di papan tulis sambil tersenyum sekadar untuk meyakinkan penonton.
Mohammad Nayyeri, salah satu direktur JFI, mengatakan, jumlah tayangan pengakuan palsu ini kemungkinan lebih banyak daripada yang diperkirakan. Beberapa rekaman pengakuan belum diudarakan, dan beberapa lainnya belum bisa diakses para peneliti.
Belum ada tanggapan dari IRIB mengenai laporan itu. Surat-surat elektronik yang dikirim Associated Press untuk meminta tanggapan IRIB selalu menghadapi masalah pengiriman. Misi Iran di PBB juga tidak menjawab permintaan untuk memberi tanggapan.
Berdasarkan UU Iran, hanya pemerintah yang dapat memiliki dan mengoperasikan stasiun-stasiun televisi dan radio. Meski piring satelit cukup banyak dimanfaatkan oleh rakyat Iran untuk menonton tayangan program-program televisi luar negeri, penggunaannya merupakan tindakan ilegal. YouTube dan layanan streaming video Barat diblokir. Keadaan ini memaksa banyak rakyat Iran hanya menonton tayangan IRIB lewat stasiun-stasiunnya yang tersebar di berbagai penjuru negara itu. [ab/uh]