Tautan-tautan Akses

Lanskap Media Sosial di Pakistan Tingkatkan Momentum Khan


Warga menyaksikan televisi di sebuah toko elektronik, di Karachi, Pakistan, yang menyiarkan berita tentang mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan Kamis, 11 Mei 2023. (AP/Fareed Kha8)
Warga menyaksikan televisi di sebuah toko elektronik, di Karachi, Pakistan, yang menyiarkan berita tentang mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan Kamis, 11 Mei 2023. (AP/Fareed Kha8)

Pemblokiran media sosial yang diberlakukan negara untuk memadamkan protes besar-besaran seputar penangkapan Imran Khan di Pakistan justru memicu momentum bagi mantan perdana menteri itu, kata para analis.

Beberapa saat setelah Khan ditahan oleh sekelompok paramiliter Rangers pada hari Selasa, kementerian dalam negeri membatasi akses nasional ke Twitter, Facebook, dan YouTube.

Cakupan data seluler yang digunakan oleh para aktivis politik untuk mengorganisir protes pada aplikasi perpesanan seperti WhatsApp, tetapi dengan efek yang jauh lebih besar pada masyarakat luas, juga dibatasi.

Tetapi para pendukung Khan dengan cepat menemukan solusi, dengan membuat media sosial dibanjiri seruan protes dan klip ribuan demonstran yang bentrok dengan polisi.

Menurut Shahzad Ahmad, direktur organisasi hak digital Bytes for All, langkah itu merupakan “salah perhitungan kasar” oleh pihak berwenang. “Pembatasan itu hanya akan menjadi bumerang bagi mereka.”

Sebagai pemimpin partai oposisi Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI), Khan tetap sangat populer dan telah membuat kampanye yang menuduh partai-partai dan tentara berkolusi untuk menjauhkannya dari kekuasaan, mengurungnya, dan bahkan berusaha membunuhnya.

Memblokir media sosial hanya memicu argumen PTI, kata aktivis hak digital Usama Khilji. “Ini menambah popularitas mereka karena dipandang sebagai langkah untuk membatasi hak-hak dasar warga negara,” ujarnya.

Pada hari Kamis, Mahkamah Agung menyatakan penangkapan Khan tidak sah, tetapi gejolak politik terus berlanjut, dan pembatasan Internet tetap berlaku.

Ahmad mengatakan pihak berwenang yang memerintahkan pelarangan adalah “dinosaurus” yang “tidak tahu seberapa cepat perubahan terjadi.”

“Mereka berpikir dalam pola pikir kekuasaan mutlak,” katanya.

Namun penggunaan Internet dan media sosial telah meledak di Pakistan dalam beberapa tahun terakhir, dipicu oleh meluasnya ketersediaan ponsel murah.

Pelanggan broadband seluler melonjak dari 56 juta pada 2018 menjadi 116 juta pada 2022 atau sekitar separuh penduduk negara itu, menurut regulator telekomunikasi Pakistan.

Sensor internet telah umum dalam beberapa dekade terakhir, bahkan di bawah pemerintahan Imran Khan.

Tetapi warga muda yang paham teknologi telah beradaptasi dengan cepat, menggunakan Virtual Private Networks (VPN) untuk menyamarkan lokasi mereka dan menghindari pembatasan, kata Ahmad. [lt/uh]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG