Perancis hari Kamis (8/1) berkabung dengan tewasnya sedikitnya 12 orang dalam serangan penembakan sehari sebelumnya di pusat kota Paris. Bendera Perancis berkibar setengah tiang, sekolah-sekolah ditutup dan keamanan ditingkatkan di sekitar Paris, setelah serangan teroris paling mematikan dalam puluhan tahun di negara itu.
Perancis juga menyerukan warga untuk mengheningkan cipta beberapa menit Kamis siang. Seorang polisi dilaporkan tewas dalam insiden penembakan lainnya di luar Paris Kamis pagi, tetapi laporan-laporan pendahuluan mengatakan penembakan itu tidak terkait dengan serangan atas tabloid “Charlie Hebdo”.
Pada hari Kamis malam, lampu-lampu Menara Eiffel dibuat redup di Paris, menghormati para korban pembantaian tabloid Charlie Hebdo selagi pasukan keamanan Prancis terus mencari dua tersangka utama dalam pembunuhan itu.
Lebih dari 88 ribu pasukan keamanan dikerahkan dalam pencarian Kouachi bersaudara kelahiran Prancis.
Polisi menghubungkan Said dan Cherif Kouachi, keduanya berusia 30-an, dengan kematian 12 orang dalam penyerbuan kantor tabloid satir Charlie Hebdo di Paris, hari Rabu (7/1).
Sebuah penyelidikan sedang berlangsung Kamis di daerah Villers-Cotterets, kira-kira 80 kilometer sebelah barat kota Reims menyusul laporan yang belum dikonfirmasi bahwa kedua tersangka merampok sebuah pom bensin di Prancis utara.
Perdana Menteri Manuel Valls mengatakan kedua tersangka tersebut telah dikenal oleh pihak intelijen.
Polisi telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap kakak-beradik Cherif dan Said Kouachi, dengan mengatakan keduanya bersenjata dan berbahaya. Tersangka ketiga, Hamyd Mourad yang berusia 18 tahun, menyerahkan diri kepada polisi, tetapi belum jelas apakah ia terlibat atau tidak dalam serangan itu.
Pihak berwenang yakin serangan itu didorong oleh ajaran Islam radikal. Cherif Kouachi pernah dipenjara beberapa tahun lalu karena terlibat dalam jaringan yang mengirim para pejuang ke Irak.
Diwawancarai oleh radio Perancis Kamis pagi, PM Manuel menggambarkan kedua tersangka bertindak seperti layaknya tentara. Saat ini, ujarnya, Perancis menghadapi ancaman teroris yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Perancis memiliki sejarah panjang dalam menghadapi teroris, mulai dari tahun 1990an ketika teroris Aljazair melancarkan serangan bom terhadap kereta api bawah tanah Paris. Dan baru-baru ini lebih dari seribu warga Perancis berangkat ke Irak dan Suriah untuk bergabung dengan gerakan jihad di sana.
Baik kelompok militan ISIS maupun Al-Qaida sama-sama telah mengancam Perancis.
Kepolisian Prancis mengatakan telah menahan sembilan orang yang terlibat dengan penembakan, sebagian besar adalah kenalan para tersangka.
Sebelumnya, puluhan ribu warga Perancis melangsungkan demonstrasi damai di seluruh negara itu hari Rabu pasca serangan.
Jean-Francois Jouanne – sejak lama telah menjadi pembaca tabloid “Charlie Hebdo” yang beberapa kartunisnya ikut tewas dalam serangan hari Rabu – Ia mengatakan.
“Saya ikut berdemonstrasi untuk mendukung tim “Charlie Hebdo” yang luar biasa ini dan menunjukkan dukungan kami pada kebebasan berpendapat dan berekspresi. Kebiadaban tidak akan membunuh suara warga yang percaya pada kebebasan berpendapat,” papar Jouanne.