Tautan-tautan Akses

Lagi, Putin Ingatkan Barat: Rusia Siap untuk Perang Nuklir


Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato kenegaraannya di Moskow, Rusia, Kamis, 29 Februari 2024. (Foto: via AP)
Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato kenegaraannya di Moskow, Rusia, Kamis, 29 Februari 2024. (Foto: via AP)

Presiden Vladimir Putin, Rabu (13/3), memperingatkan negara-negara Barat bahwa Rusia secara teknis siap menghadapi perang nuklir. Jika Washington merealisasikan wacana untuk mengerahkan pasukan ke Ukraina, maka Moskow akan menganggap hal tersebut sebagai eskalasi signifikan dari perang.

Putin menyatakan bahwa rencana perang nuklir tidak dianggap "mendesak". Ia berpandangan penggunaan senjata nuklir di Ukraina belum diperlukan. Pernyataan Putin merupakan peringatan blak-blakan lainnya kepada negara-negara Barat menjelang pemilihan presiden Rusia 15-17 Maret yang hampir pasti akan memberi Putin kekuasaan selama enam tahun lagi.

“Dari sudut pandang teknis militer, kami tentu saja siap,” kata Putin, 71 tahun, kepada televisi Rossiya-1 dan kantor berita RIA ketika ditanya apakah Rusia benar-benar siap menghadapi perang nuklir.

Putin mengatakan Amerika Serikat (AS) memahami bahwa jika mereka mengerahkan pasukannya di wilayah Rusia – atau ke Ukraina – Rusia akan menganggap tindakan tersebut sebagai intervensi.

“(Di Amerika Serikat) terdapat cukup banyak pakar di bidang hubungan Rusia-Amerika dan di bidang pengendalian strategis,” kata Putin.

Presiden Joe Biden bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Rabu 16 Juni 2021, di Jenewa, Swiss. (Foto: AP)
Presiden Joe Biden bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Rabu 16 Juni 2021, di Jenewa, Swiss. (Foto: AP)

"Oleh karena itu, saya tidak berpikir bahwa segala sesuatu di sini mengarah ke (konfrontasi nuklir), tetapi kami siap untuk itu,” katanya.

Putin mengatakan, triad nuklirnya sangat maju, dan hanya Rusia dan Amerika Serikat yang memiliki triad nuklir setangguh itu. Tapi ia juga mengataan triad nuklirnya lebih maju dibandingkan dengan milik Amerika karena negaranya telah membuat lebih banyak kemajuan.

Perang di Ukraina telah memicu krisis terdalam dalam hubungan Rusia dengan Barat sejak Krisis Rudal Kuba 1962. Putin menegaskan beberapa kali bahwa Barat berisiko memicu perang nuklir jika mengirim pasukan untuk bertempur di Ukraina.

Pada Februari 2022, Putin mengerahkan puluhan ribu tentara ke Ukraina. Hal tersebut menyebabkan pecahnya perang skala penuh antara Moskow-Kyiv setelah sebelumnya telah terjadi konflik selama delapan tahun di Ukraina timur antara pasukan Ukraina dan pihak pro-Rusia serta proksi Rusia.

Para pemimpin Barat bertekad mengalahkan Rusia di Ukraina. Namun, setelah perang berlangsung selama dua tahun, pasukan Rusia menguasai kurang dari seperlima wilayah Ukraina.

Saat AS tengah fokus pada pelaksanaan pemilu pada tahun ini, negara-negara Barat sedang mencari cara untuk mendukung Kyiv dalam menghadapi Rusia. Moskow sendiri makin meningkatkan kekuatan militernya dengan menerjunkan ratusan ribu personel dan meningkatkan persenjataan mereka jauh lebih cepat daripada negara-negara Barat.

Kyiv menyatakan bahwa mereka sedang mempertahankan diri dari perang penaklukan gaya imperial yang dirancang untuk menghapus identitas nasional mereka. Moskow mengatakan bahwa daerah-daerah yang mereka kuasai di Ukraina sekarang menjadi bagian dari Rusia.

Perang Nuklir?

Putin, pengambil keputusan utama di Rusia mengenai senjata nuklir, menegaskan kembali bahwa penggunaan senjata nuklir dijabarkan dalam doktrin nuklir Kremlin, kebijakannya mengatur keadaan di mana Rusia mungkin menggunakan senjatanya.

“Senjata (nuklir) siap untuk digunakan,” kata Putin. “Kami memiliki prinsip kami sendiri.”

Rusia dan AS sejauh ini merupakan dua negara yang memiliki kekuatan nuklir terbesar, mengendalikan lebih dari 90 persen senjata nuklir dunia.

Putin mengatakan Rusia siap melakukan pembicaraan serius mengenai Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, saat upacara peletakan karangan bunga menandai Hari Pembela Tanah Air di Makam Prajurit Tak Dikenal dekat Tembok Kremlin di Moskow, Rusia, 23 Februari 2024. (Foto: Sputnik/Alexander Kazakov via REUTERS)
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, saat upacara peletakan karangan bunga menandai Hari Pembela Tanah Air di Makam Prajurit Tak Dikenal dekat Tembok Kremlin di Moskow, Rusia, 23 Februari 2024. (Foto: Sputnik/Alexander Kazakov via REUTERS)

“Rusia siap melakukan perundingan mengenai Ukraina, tetapi perundingan tersebut harus didasarkan pada kenyataan – dan bukan pada kondisi sakau setelah mengonsumsi obat-obatan psikotropika,” kata Putin.

Bulan lalu, Reuters melaporkan bahwa Washington menolak saran Putin tentang gencatan senjata di Ukraina untuk menghentikan perang, setelah terjadi kontak antara perwakilan kedua belah pihak.

Jika AS melakukan uji coba nuklir, Rusia mungkin akan melakukan hal yang sama, tambahnya.

Pada Sabtu, CNN melaporkan bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden memiliki kekhawatiran khusus pada tahun 2022 bahwa Rusia mungkin akan menggunakan senjata nuklir taktis atau senjata nuklir di medan perang di Ukraina.

CNN mengatakan badan intelijen AS menerima informasi adanya komunikasi di antara para pejabat Rusia yang secara eksplisit membahas serangan nuklir pada 2022.

Namun, Putin menyatakan bahwa Rusia tidak pernah merasa perlu untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina.

“Mengapa kita perlu menggunakan senjata pemusnah massal? Tidak pernah ada kebutuhan seperti itu,” tukasnya. [ah/rs], [ab/uh]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG