Kali ini harimau jenis Benggala (Panthera tigris-tigris) bernama Wesa yang dilaporkan mati. Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatra Utara, Fifin Nopiansyah, mengatakan harimau Benggala jantan itu mati pada 22 Januari karena mengidap sakit kronis yang sulit untuk disembuhkan. Dalam istilah medis sakit tersebut disebut dubius infausta.
“Iya, matinya tanggal 22 Januari 2024. Itu Wesa memang dubius infausta penyakitnya sudah kronis,” katanya kepada wartawan di Medan, Jumat (26/12).
Dengan kematian Wesa, berarti dalam kurun waktu November 2023 hingga Januari 2024, empat harimau telah mati di Medan Zoo -- dua harimau Sumatra dan dua harimau Benggala. Saat ini harimau yang tersisa di Medan Zoo berjumlah sembilan ekor, yakni lima harimau jenis Benggala dan empat Sumatra.
Fifin mengatakan semua harimau itu dalam kondisi kurang sehat, termasuk satu harimau Sumatra bernama Bintang Sorik, yang beberapa waktu lalu viral di media sosial lantaran tubuhnya tampak kurus dan sakit. “Bintang Sorik masih parah,” ujarnya.
Menurut Fifin tata kelola kandang dan pakan yang kurang baik menjadi salah satu penyebab kesehatan harimau-harimau di Medan Zoo mengalami penurunan. “Kami sudah bantu menyediakan secara berkala pengecekan visual kemudian dari medis. Dari lingkungannya kami juga memperbaiki (kandang) ringan,” ucapnya.
BBKSDA Sumut menilai harimau-harimau yang tersisa di Medan Zoo punya opsi untuk dipindahkan. “Banyak alternatif dirawat di sana atau dipindahkan tapi semua atas persetujuan pemilik (pemerintah kota Medan),” kata Fifin.
Pemerhati satwa dari The Wildlife Whisperer, Arisa Mukharliza, mengatakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) seharusnya mengambil tindakan tegas terkait kematian harimau yang terus berulang di Medan Zoo.
“KLHK seharusnya bisa mengambil sikap tegas untuk segera mencabut izin lembaga konservasi Medan Zoo. Untuk bisa menjadi catatan penting lembaga konservasi atau kebun binatang lainnya agar tidak sepele dalam menjaga dan merawat satwa. Tidak mengabaikan satwa-satwanya,” katanya kepada VOA.
Kematian harimau di Medan Zoo, katanya, seharusnya bukan lagi dianggap hal sepele. “Seharusnya KLHK yang mendorong bagaimana caranya untuk menyelamatkan Medan Zoo. Paling utama untuk diselamatkan adalah satwa liarnya,” ujarnya.
Menurut Arisa, kematian terbaru harimau Benggala menciptakan stigma buruk bagi Medan Zoo. “Publik tidak akan bisa memahami kejadian matinya harimau di Medan Zoo. Berbeda dengan kita yang mengikuti dan mempelajari lebih jauh tentang kondisi harimau di Medan Zoo,” ucap Arisa.
Medan Zoo merupakan kebun binatang yang dikelola oleh Perusahaan Umum Daerah (PUD) Kota Medan di bawah naungan pemkot Medan. Kebun binatang yang telah beroperasi sejak tahun 2005 itu kesulitan menjalankan operasinya karena tak pernah menerima suntikan dana dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Ketua Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI), Rahmat Shah, mengatakan Medan Zoo telah ditutup untuk sementara. Penutupan itu dilakukan oleh Pemkot Medan sebagai pengelolanya.
“Itu diperbaiki. Ditutup untuk perbaikan agar saat dibuka nanti lebih baik lagi. Apa yang menjadi keinginan kita agar satwa lestari didapat sekaligus. Semua sudah setuju ditutup sementara untuk perbaikan,” katanya kepada VOA, Jumat (26/1).
Demi kesejahteraan hewan di Medan Zoo, PKBSI saat ini memberi bantuan pakan dan melakukan perbaikan kandang.
“Ini tanggung jawab kita semua terkait pelestarian satwa. Kami sudah menurunkan orang dan tanggung pakan tiap bulan. Ke depan juga akan kami rawat dan diperbaiki sampai bagus,” ujar Rahmat. [aa/ab]
Forum