Kurang dari separuh penduduk Irak yang berhak memilih ikut memberikan suara, demikian menurut penghitungan resmi atas pemilu nasional pertama yang dilangsungkan sejak berhasil mengalahkan ISIS.
Komisi pemilu Irak mengatakan hasil pemilu untuk mengisi 329 kursi di parlemen diperkirakan akan diketahui dalam dua hari.
Para pejabat mengatakan hanya 44% pemilih yang berhak memilih memberikan suara pada hari Sabtu (12/5), terendah sejak penggulingan Saddam Hussein tahun 2003. Petugas-petugas TPS menilai rendahnya jumlah warga yang memberikan suara ini dikarenakan pengetatan pengamanan, apatisme pemilih dan penyimpangan terkait sistem pemilu elektronik yang baru.
Ketika para pemilih memberikan suara mereka hari Sabtu, bandara dan jalan-jalan ditutup demi alasan keamanan. Bulan lalu sejumlah elemen ISIS – yang masih beroperasi di Irak meskipun telah mengalami kekalahan besar – mengancam akan menyerang siapapun yang ‘’berpartisipasi dalam pemilu.’’
Meskipun besar TPS yang jumlahnya sangat besar di seluruh Irak tetap aman, sebuah serangan dilaporkan terjadi di selatan kota minyak Kirkuk Sabtu pagi, bom ditemukan di sebuah TPS di Baghdad dan muncul beberapa laporan lain tentang percobaan serangan.
Perdana menteri inkumben Haider Al-Abadi ikut bertarung dalam pemilu. Calon perdana menteri mencakup mantan perdana menteri Nuri Al-Maliki, dan Hadi Al-Amiri, seorang pemimpin Hashd Shaaby, kekuatan militer Syiah yang mendukung pasukan Irak melawan ISIS. [em/ds]