Kumpulan kuburan massal dari pembersihan anti-komunis di Indonesia telah ditemukan baru-baru ini, demikian dikatakan kelompok hak korban hari Kamis (16/11), setelah baru-baru ini Amerika mendeklasifikasi dokumen yang menunjukkan Amerika sangat mengetahui tingkat pembantaian brutal itu.
Menurut organisasi itu, sekitar 16 kuburan baru yang berisi sekitar 5.000 korban yang diduga korban pembunuhan Perang Dingin itu terutama terletak di pulau Jawa.
Sejarawan mengatakan hingga 500.000 pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI) diduga dibunuh antara 1965-1966 oleh tentara dan milisi sipil pada saat Jenderal Soeharto menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
Soeharto menyalahkan Partai Komunis Indonesia atas kudeta yang gagal dan berkuasa setelah pertumpahan darah itu. Ia kemudian memimpin negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia selama tiga dekade (12 Maret 1967 - 21 Mei 1998).
Saksi-saksi pembantaian menunjukkan kepada penyidik situs-situs kuburan terbaru, dengan lebih dari 100 lainnya tersebar di seluruh Indonesia.
“Salah seorang saksi mengatakan pekerjaan kakeknya adalah mencuci mayat," kata Bedjo Untung, ketua Kelompok Korban 1965.
"Ia mengikuti kakeknya dan melihatnya membersihkan sekitar 50 mayat sehari," tambahnya.
Untung - yang dipenjara sebagai anggota partai Komunis pada pertengahan tahun 1960an - mendesak komisi hak asasi manusia Indonesia untuk menyelidiki dan melindungi kuburan serta anggota kelompoknya. Meskipun termasuk di antara beberapa pembantaian terburuk era Perang Dingin, pembantaian itu sejak lama dianggap tabu dibicarakan di Indonesia, yang memiliki partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah China dan Uni Soviet sebelum pembunuhan tersebut.
Bulan lalu, dokumen Amerika yang telah dideklasifikasi menunjukkan bagaimana pejabat Amerika di Indonesia mengetahui pembantaian tersebut, termasuk keterlibatan kelompok masyarakat sipil Muslim terkemuka dalam pembunuhan tersebut.
Namun, para diplomat hampir tidak melakukan protes secara terbuka, cenderung memanfaatkan penghancuran partai komunis di puncak Perang Dingin itu. 39 dokumen kedutaan Amerika itu mencakup periode 1964-1968 dan mengungkap rincian baru tentang salah satu periode paling bergejolak dalam sejarah Indonesia modern. [my/al]