Sinar matahari pagi memantul dari kulit Moo Deng yang licin. Kuda nil mini itu tampak merebahkan diri di atas tanah yang berada di kandangnya, terlihat santai meski popularitasnya tengah meroket di jagad media sosial.
Si mungil berusia dua bulan tersebut mendadak viral minggu ini setelah sang pawang membagikan videonya di platform TikTok dan Instagram, langsung dari kebun binatang Chon Buri, Thailand.
Ekspresinya yang nakal dan jenaka ditonton jutaan kali, berhasil memikat ribuan pengunjung yang ingin menyaksikan aksinya yang menggemaskan itu secara langsung.
Moo Deng—yang dalam bahasa Thailand berarti "babi empuk," camilan populer di sana—kini secara tidak sadar menjadi ikon kuda nil mini yang terancam punah.
Ketenaran itu tidak membuat Moo Deng sombong, karena ia tetap dekat dengan ibunya, berbagi makanan berupa wortel, pisang, jagung, dan kacang panjang.
Berasal dari Afrika Barat, kuda nil kerdil terancam oleh aktivitas manusia, seperti aksi penebangan, penambangan, dan perburuan liar. Menurut Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam, jumlah kuda nil kerdil di dunia saat ini hanya 2.000 hingga 2.500 ekor.
Ratusan pengunjung tampak mengantre di kebun binatang untuk melihat kendang Mao Deng.
Sebuah kelompok bahkan mengaku harus bangun pukul 05.00, dan menempuh perjalanan dua jam dari Bangkok hanya untuk bertemu langsung dengan selebritas mini tersebut.
Seorang pengunjung mengatakan bahwa ia berharap lebih banyak warga Thailand yang datang dan "memposting tentang Moo Deng secara daring, sehingga lebih banyak orang yang akan datang untuk melihatnya".
Pengasuh Moo Deng dan manajer media sosial Atthapon Nundee, 31 tahun, mengatakan bahwa maraknya video berdurasi pendek membuat si kuda nil kerdil itu mendadak tenar. Ia berharap hal tersebut akan menjadi berkah bagi pelestarian keanekaragaman hayati.
"Dengan semakin banyaknya gambar kuda nil kerdil di internet, semakin banyak orang jatuh cinta pada mereka. Mereka diburu di alam liar, jadi dengan semakin banyak orang yang peduli pada mereka, perburuan liar terhadap mereka dapat dicegah," katanya kepada AFP.
Sebuah studi pada 2022 yang diterbitkan oleh Akademi Sains Royal Society of Canada menunjukkan bahwa media sosial dapat memainkan peran positif dan negatif dalam konservasi satwa liar.
Perhatian publik dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang satwa liar yang terancam punah, tetapi di sisi lain, juga dapat meningkatkan risiko eksploitasi spesies karena semakin banyak orang mencoba untuk berinteraksi dengan mereka.
Manajemen kebun binatang mengatakan pendapatan tambahan dari jumlah pengunjung yang meroket -- hampir dua kali lipat selama akhir pekan -- akan digunakan untuk memperbaiki kandang kuda nil kerdil dan melakukan kampanye kesadaran publik kebun binatang.
Kebun binatang juga berencana untuk menjual merchandise bergambar Moo Deng bulan depan.
Kuda nil mini bukan hewan asli Thailand, tetapi "kebun binatang memiliki tugas untuk memimpin upaya konservasi satwa liar di luar habitat alami," kata Direktur Kebun Binatang Narongwit 'Wit' Chodchoy, 52 tahun, kepada AFP. "Jadi misi kami adalah melestarikan spesies ini selama mungkin." [ah]
Forum