Peneliti Senior dari ProPatria Institute, Hari Prihartono, kepada VOA, menilai TNI-AD membutuhkan lebih dari sekedar figur yang dekat dengan Presiden; tetapi pemimpin yang mampu membereskan persoalan internal di dalam TNI-AD.
Hari menyebutkan empat hal; yaitu pengalokasian anggaran yang tepat, hubungan antar personil, penuntasan sengketa lahan (konflik agraria), serta, yang terpenting, transparansi dan akuntabilitas.
“Harus dikembalikan bahwa TNI-AD ini satu nafas, jangan kemudian bergerak sendiri. Sekarang Kopassus (Komando Pasukan Khusus) saja tidak kelihatan kekhususannya dibandingkan pasukan khusus dari angkatan lain. Selain itu, menurut saya sebaran personil TNI AD dalam beberapa hal semakin tidak relevan di tengah-tengah perkembangan teknologi,” ujar Hari.
Soal sengketa lahan antara TNI-AD dengan masyarakat, Hari menilai penting dituntaskan karena ini menyangkut implementasi janji kampanye Presiden SBY tahun 2004 silam.
Ia mengatakan, "Selesaikanlah konflik-konflik agraria. Kebetulan Pramono Edhi Wibowo adalah adik ipar SBY, dan kampanye awalnya (SBY) dulu pada 2004 adalah reformasi lahan. Maka lebih baik, harta-harta itu diserahkan kepada negara dan TNI lebih konsentrasi pada latihan perang."
Letnan Jenderal Pramono Edhi Wibowo akhirnya dilantik sebagai KSAD yang baru, menggantikan Jenderal George Toisutta. Pelantikan oleh Presiden Yudhoyono berlangsung di Istana Negara, Jumat, yang dihadiri sejumlah menteri dari Kabinet Indonesia Bersatu II, Panglima TNI beserta Kepala Staf Angkatan Laut dan Udara.
Usai pelantikan, Pramono Edhi Wibowo terus terang mengakui banyak hal yang harus diperbaiki secara internal di Angkatan Darat, terutama di bidang Sumber Daya Manusia (SDM) dan perangkat teknologi.
Pramono mengatakan, "Banyak hal tidak bisa saya katakan hari ini karena belum mendapatkan paparan secara lengkap. Saya ingin membangun tentara yang profesional dan dicintai rakyat, juga (ingin melakukan) penguatan alutsista (alat utama sistem persenjataan). Pada dasarnya kita harus meningkatkan SDM untuk mengimbangi perkembangan teknologi yang kita gunakan.”
Pramono Edhi Wibowo sadar betul bahwa pengangkatannya sarat dengan tudingan “nepotisme”, oleh sebagian kalangan. Ini disebabkan karena ia adik kandung Ibu Negara, Ani Bambang Yudhoyono. Secara jabatan, praktis ia kini semakin dekat dengan pengambil keputusan utama, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kakak iparnya sendiri. Namun demikian, Pramono lekas menjawab bahwa TNI-AD memiliki mekanisme yang jelas untuk promosi jabatan.
“Kalau dibilang saudara saya memang adiknya Ibu Ani sejak lahir sebelum Pak SBY menikah dengan Ibu Ani, sekarang Pak SBY menjadi kakak ipar saya. Tetapi kalau penilaian saya serahkan kepada atasan saya, Panglima TNI dan Kepala Staf AD, Bapak George Toisutta, jadi itu ada mekanisme tersendiri. Adakah ini beban untuk saya, tentunya tidak justru ini menjadi acuan bagi saya agar lebih baik lagi,” papar Pramono.