TNI Angkatan Laut (AL) pada Sabtu (24/4) memastikan bahwa kapal selam KRI Nanggala tidak meledak. Kapal tersebut hilang pada Rabu (21/4) di Laut Bali dan kemudian dinyatakan tenggelam pada Sabtu (24/4).
TNI AL sebelumnya melaporkan Sabtu (24/4) bahwa benda-benda yang ditemukan dari kapal selam yang hilang itu, mengindikasikan bahwa kapal yang mengangkut 53 awak itu tenggelam dan tak ada harapan menemukan korban dalam keadaan selamat.
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono menyampaikannya dalam konferensi pers di Bali.
"Tidak meledak, kalau meledak pasti sudah buyar semua," katanya, seperti dilaporkan Associated Press.
Yudo mengatakan bahwa penyelidikan telah memasuki fase baru dengan pertimbangan bahwa kapal selam itu tenggelam tanpa korban selamat.
Para pakar mengatakan kemungkinan kapal selam itu retak akibat tekanan air.
"Kini terserah kepada para penyelidik untuk menetapkan kronologinya dan menyimpulkan penyebabnya. Pada waktu yang sama, rencana-rencana pasti sudah disusun untuk meninjau kemungkinan menarik kapal selam itu dari kedalaman yang sangat ekstrem," kata Collin Koh, periset Institut Studi Pertahanan dan Strategi kepada Reuters.
"Secara teknis itu mungkin dilakukan, meski saya yakin Indonesia harus menggunakan bantuan asing."
Para petugas penyelamat telah mengerahkan belasan helikopter dan kapal serta ratusan personel militer ke wilayah di mana kapal selam KRI Nanggala 402 hilang kontak di Laut Bali. AS, Australia, Singapura, Malaysia dan India termasuk negara-negara yang memberikan bantuan.
Kepala Operasi AL AS, Laksamana Mike Gilday, mengatakan sangat sedih mendengar kapal selam Indonesia yang diyakini tenggelam. Dia mendoakan para pelaut dan keluarga yang ditinggalkan.
"Sebagai pelaut, kita sama-sama mencintai laut dan memiliki ikatan dengan semua yang berlayar di laut. Kami memahami bahayanya dan juga memahami pentingnya lautan bagi kehidupan kita semua."
Dia menambahkan, "Tak diragukan lagi, Indonesia adalah kawan dan mitra yang baik. Terlepas dari peristiwa yang tragis ini, saya harap kita akan terus bekerja sama dalam mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka."
AS telah mengirim satu pesawat Poseidon P8A dengan sistem sensor canggih yang dapat mendeteksi gerakan statis dan pasif aktif di bawah permukaan air.
TNI AL mengatakan sedang menyelidiki apakah kapal selam itu kehilangan tenaga ketika tenggelam dan tidak bisa melakukan prosedur darurat ketika jatuh ke kedalaman 600-700 meter. Kapal selam itu hanya bisa bertahan pada kedalaman paling jauh 200 meter. [vm/ah]