Korea Selatan membukukan hari paling banyak menelan korban jiwa, Selasa (15/3). Dalam 24 jam terakhir, tercatat ada 293 kematian terkait COVID-19.
Negara itu sedang bergulat mengatasi lonjakan infeksi virus corona yang didorong oleh varian omicron yang menular dengan cepat.
Jumlah pasien dalam kondisi serius atau kritis yang mencapai 1.196 juga merupakan angka tertinggi baru. Para pejabat kesehatan mengatakan respons medis negara itu tetap stabil setelah adanya upaya untuk meningkatkan sumber daya, dengan lebih dari 30% unit perawatan intensif yang ditunjuk untuk perawatan COVID-19 masih tersedia. Tetapi ketegangan pada sistem rumah sakit diperkirakan akan meningkat dalam beberapa pekan mendatang, mengingat jeda waktu antara infeksi, rawat inap, dan kematian.
“Kami mengantisipasi jumlah kasus serius atau kritis naik menjadi sekitar 2.000. Kami sedang mempersiapkan tanggapan medis kami untuk itu,'' kata pejabat senior Kementerian Kesehatan Park Hyang dalam keterangannya kepada wartawan.
Korea Selatan telah melaporkan rata-rata harian sekitar 337.000 kasus baru dalam tujuh hari terakhir, termasuk 362.283 pada Selasa. Jumlah itu mencerminkan peningkatan lebih dari 80 kali lipat dari tingkat yang terlihat pada pertengahan Januari, ketika omicron muncul sebagai jenis yang dominan. Beban kasus negara itu sekarang lebih dari 7,2 juta, dengan 6,4 juta ditambahkan sejak Februari.
Park mengatakan karena tingkat vaksinasi yang tinggi, negara itu sejauh ini telah melewati lonjakan omicron dengan tingkat kematian yang lebih rendah daripada yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa, yang lebih dulu menghadapi lonjakan kasus varian itu.
Lebih dari 62% orang Korea Selatan telah menerima booster. Menurut Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea(KDCA), negara itu sejauh ini mencatat 17,6 kematian COVID-19 per 100.000 orang – jauh lebih rendah daripada yang tercatat di AS dan Inggris, yang masing-masing membukukan 285,5 dan 237,5 kematian per 100.000 orang.
Lonjakan omicron dan kerugian ekonomi yang ditimbulkannya akan menjadi tantangan besar bagi presiden terpilih Korea Selatan Yoon Suk Yeol, yang akan mulai menjabat Mei mendatang setelah menang tipis dalam pemilihan pekan lalu.
Yoon telah menjanjikan aturan jarak sosial yang longgar dan dukungan keuangan yang lebih besar untuk usaha-usaha kecil, tetapi belum mengeluarkan rencana yang jelas untuk mengatasi perkiraan peningkatan rawat inap dan kematian terkait COVID-19.
Pihak berwenang kesehatan baru-baru ini secara signifikan melonggarkan pembatasan karantina dan kontrol perbatasan dan berhenti mengharuskan orang dewasa menunjukkan bukti vaksinasi atau tes negatif ketika memasuki ruang yang berpotensi ramai seperti restoran sehingga lebih banyak petugas kesehatan dan masyarakat yang dapat menanggapi perawatan di rumah yang berkembang pesat.
Negara ini juga telah mengubah pedoman pengujiannya menjadi berpusat pada tes antigen cepat, meskipun ada kekhawatiran mengenai akurasinya. Tes-tes yang membutuhkan pengamatan laboratorium kini sebagian besar difokuskan untuk kelompok-kelompok berisiko tinggi. [ab/uh]