Kementerian Pertahanan Korea Selatan menyatakan misil-misil itu ditembakkan Kamis pagi (10/3) dari Provinsi Hwanghae Utara. Misil itu menempuh jarak sekitar 500 kilometer dan jatuh ke laut di pesisir timur negara itu, kata para pejabat di Seoul.
Penembakan roket kerap dilakukan sewaktu perselisihan meningkat di Semenanjung Korea. Korea Utara membenci latihan militer besar-besaran yang dilakukan Seoul dan Washington, dan menyebut latihan tersebut sebagai persiapan untuk menyerang.
Pyongyang hari Kamis (10/3) juga menyatakan akan “melikuidasi” seluruh aset Korea Selatan yang tersisa di wilayahnya, merujuk pada dua proyek bersama yang ditinggalkan: kompleks industri Kaesong dan kawasan wisata Gunung Kumgang, keduanya berada di wilayah Korea Utara.
Komite Korea Utara untuk Reunifikasi Damai Korea juga menyatakan membatalkan seluruh perjanjian dengan Korea Selatan terkait kerjasama ekonomi dan program pertukaran, serta mengancam tindakan militer dan ekonomi terhadap pemerintah Korea Selatan. Pernyataan itu dimuat oleh kantor berita resmi Korea Utara KCNA.
Aset-aset Korea Selatan yang ditinggalkan di fasilitas Kaesong bernilai 664 juta dolar. Belum jelas bagaimana rencana Korea Utara untuk menyingkirkannya.
Pyongyang juga marah atas sanksi-sanksi keras PBB yang diberlakukan setelah negara itu melakukan uji coba nuklir dan peluncuran roket jarak jauh baru-baru ini. Korea Utara memiliki cadangan besar misil jarak pendek dan sedang membuat misil jarak jauh dan antarbenua.
Korea Utara menembakkan enam roket ke laut pekan lalu, diawasi pemimpin Kim Jong Un, yang memerintahkan militernya agar siap melancarkan serangan pencegahan terhadap musuh-musuhnya.
Hari Rabu, Kim mengatakan negaranya memperkecil hulu ledak nuklir untuk dipasang pada misil balistik. Departemen Luar Negeri Amerika menolak berkomentar. [uh/ab]