Jumlah korban tewas akibat penumpasan selama empat bulan atas demonstran anti-pemerintah di Nikaragua, meningkat menjadi 264 orang, kata Komisi Inter-Amerika urusan Hak Asasi Manusia atau IACHR, hari Rabu (11/7).
"Seperti yang dicatat oleh IACHR sejak dimulainya penindasan terhadap protes sosial, 264 orang tewas dan lebih dari 1.800 luka-luka," kata kepala komisi itu, Paulo Abrao, kepada wartawan.
Dia berbicara dalam pertemuan Organisasi Negara-Negara Amerika, di mana IACHR merupakan bagiannya, mengenai situasi di negara Amerika Tengah yang dilanda kekerasan itu, di mana para pengunjuk rasa berupaya menurunkan Presiden Daniel Ortega dari jabatannya.
Badan HAM itu sebelumnya mencatat 212 orang tewas, meskipun perkiraan setempat baru-baru ini menyebutkan, sekitar 250 orang.
Gereja Katolik Roma yang berpengaruh telah menjadi penengah antara pemerintah Ortega dan oposisi untuk mengakhiri kerusuhan, tetapi prosesnya macet di tengah berlanjutnya kekerasan.
Dalam luapan kemarahan paling baru, setidaknya 14 orang tewas dalam serangan akhir pekan oleh massa pro-pemerintah di dekat kubu oposisi Masaya, di tenggara negara itu.
Ortega, mantan gerilya sayap kiri, pertama kali berkuasa melalui pemberontakan tahun 1979, sebelum kalah dalam pemilihan presiden pada tahun 1990.
Dia terpilih kembali tahun 2007 tetapi para penentang menuduh dia dan istrinya, Wakil Presiden Rosario Murillo, membentuk kediktatoran yang bercirikan nepotisme dan penindasan brutal. [ps/ii]