Korban meninggal akibat letusan Gunung Semeru yang terletak di antara kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, Sabtu pekan lalu (4/12) terus bertambah. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari dalam jumpa pers Senin malam mengatakan jumlah korban kini mencapai 22 orang.
"Dari pembaruan data pukul 17:30 WIB, jumlah korban meninggal yang dilaporkan oleh Pusdalops (Pusat Pengendalian dan Operasi) BNPB itu 22 orang. Di Kecamatan Pronojiwo 14 orang, kemudian di (kecamatan) Candipuro 8 orang," kata Muhari.
Muhari menambahkan hingga saat ini dari 14 korban meninggal di Kecamatan Pronojiwo, baru sembilan orang yang dapat diketahui identitasnya. Kesembilan orang tersebut sudah dimakamkan. Sedangkan di Kecamatan di Candipuro, dari delapan korban meninggal, baru tiga orang bisa diketahui identitasnya dan ketiganya sudah dimakamkan.
Menurut Muhari, tim evakuasi gabungan masih fokus mencari 27 orang yang masih hilang.
Total penduduk yang terdampak oleh letusan Semeru, baik di kecamatan Pronojiwo dan Candipuro yang terkena langsung guguran awan panas , maupun di delapan kecamatan lainnya yang terdampak abu vulkanik mencapai 5.205 orang.
Sedangkan jumlah pengungsi di 19 lokasi pengungsian sebanyak 2.004 jiwa, dengan rincian 305 orang di sembilan lokasi pengungsian di Kecamatan Pronojiwo, kemudian 1.136 orang di enam tempat pengungsian di Kecamatan Candipuro dan 563 orang di empat lokasi pengungsian di Kecamatan Pasirian.
Jumlah rumah yang rusak sebanyak 2.970 unit. Tapi, menurut Muhari, tim di lapangan masih akan merinci dari angka tersebut berapa yang masuk kategori rusak ringan, sedang, dan berat. Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan, 38 sekolah terdampak oleh letusan Semeru.
Muhari mengatakan status tanggap darurat di Kabupaten Lumajang akibat letusan Semeru ditetapkan mulai 4 Desember 2021 sampai 3 Januari 2022.
Operasi Pencarian Terus Diintensifkan
Dalam jumpa pers tersebut, Direktur Operasi Pencarian dan pertolongan Badan SAR Nasional Brigadir Jenderal TNI Wuryanto menjelaskan tim evakuasi masih akan terus mencari kemungkinan korban-korban meninggal yang belum ditemukan.
"Kendala di lapangan terutama masalah cuaca. Ini yang akan menjadi kendala bagi petugas-petugas yang melakukan pencarian. Mudah-mudahan cuaca ke depan cukup bagus sehingga akan memudahkan kita untuk mencari sesuai dengan informasi dari masyarakat yang kita gali tentang kemungkinan korban yang masih belum ditemukan," ujar Wuryanto.
Wuryanto menambahkan pihaknya juga masih tetap menunggu laporan dari masyarakat tentang kerabat mereka yang masih belum diketahui nasibnya.
Menurutnya rencana penyisiran akan diarahkan ke areal-areal di mana kemungkinan korban hilang berada, berdasarkan informasi dari masyarakat.
Menurut Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Najib Faizal, pihaknya masih mendata jumlah rumah dan fasilitas umum yang rusak. Tim dari Kementerian Pekerjaan Umum juga sudah meninjau Jembatan Besuk Koboan yang runtuh.
Dia menjelaskan jembatan tersebut berada di ruas jalan nasional yang menghubungkan Turen, kecamatan di Kabupaten Malang dengan Kabupaten Lumajang. Jembatan yang dibangun pada 1997 ini memiliki panjang 129 meter dan lebar 9,6 meter.
"Tentunya nanti dari PUPR (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) pasti akan menyambungkan kembali (Jembatan besuk Koboan), menunggu situasi yang cukup reda atau arahan dari BNPB bahwa erupsi sudah cukup aman. Khawatir kalau sekarang banyak susulan-susulan," tutur Najib. [fw/em]