Pemandangan memilukan dari bayi yang baru lahir ditarik dalam keadaan hidup dari puing-puing dan seorang ayah yang bersedih mencengkeram tangan putrinya yang telah meninggal memperlihatkan korban manusia akibat gempa bumi di Suriah dan Turki yang pada Rabu (8/2) telah merenggut lebih dari 9.500 nyawa.
Selama dua hari dua malam sejak gempa berkekuatan 7,8 Skala Ritcher, pasukan penyelamat telah bekerja dalam suhu membeku untuk menemukan mereka yang masih terkubur di antara reruntuhan di beberapa kota di kedua sisi perbatasan.
Secara resmi, jumlah korban tewas akibat bencana tersebut sekarang mencapai 6.957 orang di Turki dan 2.547 di Suriah, sehingga totalnya menjadi 9.504 -- Tapi jumlah itu masih bisa berlipat ganda jika apa yang ditakutkan oleh para ahli terwujud.
Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan bahwa waktu hampir habis untuk ribuan orang yang terluka dan mereka yang dikhawatirkan masih terperangkap.
Bagi Mesut Hancer, warga kota Turki Kahramanmaras, dekat pusat gempa, sudah terlambat. Dia duduk di atas puing-puing yang membeku, terlalu sedih untuk berbicara, menolak melepaskan tangan putrinya yang berusia 15 tahun, Irmak, yang tubuhnya terbaring tak bernyawa di antara lempengan beton.
Di seberang perbatasan di Suriah Utara, satu dekade perang saudara dan pengeboman telah menghancurkan rumah sakit, meruntuhkan perekonomian dan memicu kekurangan listrik, bahan bakar, dan air.
Di Kota Jindayris yang dikuasai pemberontak, bahkan kegembiraan menyelamatkan bayi yang baru lahir diliputi oleh kesedihan. Tali pusar bayi itu masih tertambat pada ibunya yang tewas dalam bencana tersebut.
“Kami mendengar suara saat sedang menggali,” kata Khalil al-Suwadi, seorang kerabat, kepada AFP.
“Kami membersihkan debu dan menemukan bayi dengan tali pusar (utuh) jadi kami memotongnya dan sepupu saya membawanya ke rumah sakit.”
Bayi itu menghadapi masa depan yang sulit sebagai satu-satunya yang selamat di antara keluarga terdekatnya. Lainnya tewas dan dimakamkan bersama di kuburan massal pada hari Selasa.
Tanggapan Internasional
Puluhan negara termasuk Amerika Serikat, China, dan negara-negara Teluk telah berjanji untuk membantu, dan tim pencari serta pasokan bantuan mulai berdatangan melalui udara.
Badai musim dingin menambah kesengsaraan dengan membuat banyak jalan – beberapa di antaranya rusak akibat gempa – hampir tidak dapat dilalui, mengakibatkan kemacetan lalu lintas yang membentang beberapa kilometer di beberapa daerah.
Organisasi Kesehatan Dunia telah memperingatkan bahwa hingga 23 juta orang dapat terkena dampak gempa dan mendesak negara-negara untuk segera memberikan bantuan ke zona bencana.
Bulan Sabit Merah Suriah mengimbau negara-negara Barat untuk mencabut sanksi dan memberikan bantuan karena pemerintahan Presiden Bashar al-Assad tetap tidak diterima di Barat, sehingga mempersulit upaya bantuan internasional.
Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat tidak akan bekerja sama dengan pemerintah Damaskus.
“Dana ini, tentu saja, untuk rakyat Suriah – bukan untuk rezim. Itu tidak akan berubah,” katanya.
Badan-badan bantuan juga telah meminta pemerintah Suriah untuk mengizinkan penyeberangan perbatasan dibuka kembali untuk membawa bantuan ke daerah-daerah yang dikuasai pemberontak.
Perbatasan Turki-Suriah adalah salah satu zona gempa paling aktif di dunia.
Gempa yang terjadi pada Senin adalah yang terbesar di Turki sejak 1939, ketika 33.000 orang tewas di Provinsi Erzincan, di bagian timur Turki.
Pada tahun 1999, gempa bumi berkekuatan 7,4 menewaskan lebih dari 17.000 orang.
Para ahli telah lama memperingatkan bahwa gempa besar dapat menghancurkan Istanbul, megalopolis berpenduduk 16 juta orang yang dipenuhi rumah-rumah reyot. [lt/uh]
Forum