Selama beberapa dekade perusahaan-perusahaan Amerika, termasuk banyak industri tekstil, memindahkan produksi mereka ke luar negeri di mana tenaga kerja dan biaya pembuatan lebih rendah. Sudah lazim melihat merek-merek yang menunjukkan hasil akhir produk dibuat di luar Amerika. Tetapi, kecenderungan ini tampaknya berubah.
Di California selatan lebih dari 150.000 orang bekerja di salah satu pusat pabrik pakaian terbesar di Amerika. Ilse Metchek, Ketua California Fashion Association/ Asosiasi Busana California, mengatakan bahwa orang Amerika menuntut lebih banyak busana buatan Amerika, sebagian karena anggapan bahwa beberapa negara asing terlibat dalam ketenagakerjaan dan perdagangan yang buruk.
“Semua masalah terjadi mengenai Tiongkok; soal tidak mematuhi UU ketenagakerjaan; Tiongkok memanipulasi mata uangnya. Orang sangat peduli, mereka mungkin tidak mengetahui rinciannya, tetapi mereka mendengar semua isu itu,” papar Metchek.
Faktor lain yang memicu permintaan adalah resesi di Amerika dan tingginya tingkat pengangguran. Kathleen Hudak. seorang konsumen setempat, mengatakan, ia berharap bisa membeli produk-produk buatan dalam negeri yang membantu orang Amerika kembali mendapat pekerjaan.
“Khususnya dalam kondisi ekonomi sekarang dan pengangguran tinggi. Saya ingin melihat uang saya membantu para pekerja di negara kita,” ujarnya.
Laporan dari Asosiasi Busana California menyebutkan bahwa upah Tiongkok naik karena menyusutnya tenaga kerja yang disebabkan oleh kebijakan “satu anak” Tiongkok. Para pekerja pakaian jadi juga beralih ke industri-industri Tiongkok yang lain yang menawarkan upah, jam kerja, dan kondisi kerja yang lebih baik.
Lonnie Kane, pimpinan merek Karen Kane setuju faktor ekonomi di Tiongkok punya dampak. Ia mengatakan, “Selagi standar hidup di Tiongkok naik, upah juga naik.”
Hal itu ditambah ongkos pengiriman dan masalah kualitas, menyebabkan Kane lebih banyak membuat busananya di Amerika.
Banyak perancang dan pengecer setuju membuat produk di Amerika mempermudah bisnis. Frank Doroff, wakil pimpinan Bloomingdale, jaringan pengecer kelas atas, mengatakan, “Saya mencari produk-produk 'Made in the USA' karena hubungan yang bisa saya jalin dengan pabrik dan juga cepatnya sampai ke toko dan kepastian bahwa mereka ada disini dan kualitas yang terjamin.”
Tetapi, Asosiasi Busana California mengatakan Amerika tidak akan memimpin lagi dalam pembuatan busana, sebagian karena terlalu banyak mesin dan tenaga trampil hilang ketika industri pakaian jadi pergi dari Amerika beberapa puluh tahun lalu. Jadi, kalau Tiongkok menjadi terlampau mahal, pembuatan pakaian jadi akan pindah ke negara yang ongkosnya lebih murah seperti Bangladesh dan Kamboja.
Di California selatan lebih dari 150.000 orang bekerja di salah satu pusat pabrik pakaian terbesar di Amerika. Ilse Metchek, Ketua California Fashion Association/ Asosiasi Busana California, mengatakan bahwa orang Amerika menuntut lebih banyak busana buatan Amerika, sebagian karena anggapan bahwa beberapa negara asing terlibat dalam ketenagakerjaan dan perdagangan yang buruk.
“Semua masalah terjadi mengenai Tiongkok; soal tidak mematuhi UU ketenagakerjaan; Tiongkok memanipulasi mata uangnya. Orang sangat peduli, mereka mungkin tidak mengetahui rinciannya, tetapi mereka mendengar semua isu itu,” papar Metchek.
Faktor lain yang memicu permintaan adalah resesi di Amerika dan tingginya tingkat pengangguran. Kathleen Hudak. seorang konsumen setempat, mengatakan, ia berharap bisa membeli produk-produk buatan dalam negeri yang membantu orang Amerika kembali mendapat pekerjaan.
“Khususnya dalam kondisi ekonomi sekarang dan pengangguran tinggi. Saya ingin melihat uang saya membantu para pekerja di negara kita,” ujarnya.
Laporan dari Asosiasi Busana California menyebutkan bahwa upah Tiongkok naik karena menyusutnya tenaga kerja yang disebabkan oleh kebijakan “satu anak” Tiongkok. Para pekerja pakaian jadi juga beralih ke industri-industri Tiongkok yang lain yang menawarkan upah, jam kerja, dan kondisi kerja yang lebih baik.
Lonnie Kane, pimpinan merek Karen Kane setuju faktor ekonomi di Tiongkok punya dampak. Ia mengatakan, “Selagi standar hidup di Tiongkok naik, upah juga naik.”
Hal itu ditambah ongkos pengiriman dan masalah kualitas, menyebabkan Kane lebih banyak membuat busananya di Amerika.
Banyak perancang dan pengecer setuju membuat produk di Amerika mempermudah bisnis. Frank Doroff, wakil pimpinan Bloomingdale, jaringan pengecer kelas atas, mengatakan, “Saya mencari produk-produk 'Made in the USA' karena hubungan yang bisa saya jalin dengan pabrik dan juga cepatnya sampai ke toko dan kepastian bahwa mereka ada disini dan kualitas yang terjamin.”
Tetapi, Asosiasi Busana California mengatakan Amerika tidak akan memimpin lagi dalam pembuatan busana, sebagian karena terlalu banyak mesin dan tenaga trampil hilang ketika industri pakaian jadi pergi dari Amerika beberapa puluh tahun lalu. Jadi, kalau Tiongkok menjadi terlampau mahal, pembuatan pakaian jadi akan pindah ke negara yang ongkosnya lebih murah seperti Bangladesh dan Kamboja.