Hampir setahun setelah Amerika mengumumkan perjanjian nuklir bersejarah dengan Iran, dan empat bulan setelah perjanjian itu dilaksanakan, para anggota Kongres Amerika masih sangat ragu dengan perjanjian itu dan dampaknya yang lebih luas.
Kekhawatiran tentang komitmen jangka panjang Iran pada perjanjian, dan tanggapan Amerika terhadap kegiatan Iran di luar lingkup perjanjian, antara lain merupakan pertanyaan yang diajukan Rabu (25/5) oleh Komite DPR kepada para pejabat Departemen Luar Negeri dan Departemen Keuangan.
"Yang mengherankan adalah lamanya pemerintahan Obama untuk mengakomodasi Iran," kata ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR, Ed Royce.
Dia mengatakan pemerintah hampir tidak menanggapi uji coba rudal baru Iran belum lama ini dan telah bertindak melampaui perjanjian nuklir untuk membeli bahan terkait nuklir dari Teheran.
Awal bulan ini, Iran mengatakan telah menguji coba rudal balistik lagi, yang terbaru dalam serangkaian ujicoba sejak perjanjian nuklir dilaksanakan pada bulan Januari.
Perjanjian yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama itu tidak melarang uji coba tersebut. Tetapi resolusi Dewan Keamanan PBB mendesak Iran untuk tidak melakukan uji coba, yang oleh Amerika dan beberapa sekutunya Timur Tengah dianggap provokatif.
"Bagaimana mungkin kita bisa mempercayai rezim yang begitu menantang setelah dicapai perjanjian yang berbahaya ini?" tanya legislator Joe Wilson.
"Saya tidak mempercayai mereka," ujar Thomas Countryman, wakil kepala Biro Keamanan Internasional dan Nonproliferasi.
Ed Royce juga mengemukakan kekhawatiran tentang keputusan Amerika untuk membeli ‘air berat’ yang merupakan komponen utama untuk membuat senjata atom dari Iran.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika menyebut pembelian bulan April itu merupakan "transaksi komersial" yang dibolehkan. [sp]