Tautan-tautan Akses

Konflik AS-Iran, NATO Serukan Semua Pihak Menahan Diri


Sekjen NATO Jens Stoltenberg
Sekjen NATO Jens Stoltenberg

Sekjen NATO Jens Stoltenberg menyerukan kepada semua pihak agar menahan diri, seiring memuncaknya ketegangan antara Amerika dan Iran pasca pembunuhan pemimpin pasukan elit Iran oleh militer Amerika pekan lalu.

Stoltenberg hari Senin (6/1) memimpin pembicaraan darurat antara para duta besar NATO di Brussels. Ia mengatakan 29 negara sekutu ‘’menyerukan untuk menahan diri dan deeskalasi. Tidak ada negara yang tertarik pada konflik baru.’’

Stoltenberg mengatakan anggota-anggota pakta itu menggarisbawahi ‘’keprihatinan mereka sejak lama tentang aktivitas destabilisasi Iran di kawasan Timur Tengah yang lebih luas.’’

Ia mengatakan sejumlah pejabat Amerika menjelaskan "alasan" di balik keputusan pemerintah Trump untuk membunuh Jenderal Qassem Soleimani, tetapi menolak merinci hal itu.

Ditanya tentang kekhawatiran NATO atas langkah unilateral Amerika itu, Stoltenberg hanya mengatakan bahwa serangan udara itu merupakan ‘’keputusan Amerika.’’

Ditanya dua kali apakah ada negara anggota yang mengkritik serangan Amerika itu, Stoltenberg menekankan persatuan dan keprihatinan mereka terhadap perilaku Iran.

"Pada pertemuan kami hari ini, Sekutu mengimbau agar menahan diri dan de-eskalasi. Konflik baru tidak akan menjadi kepentingan siapa pun, sehingga Iran harus menahan diri agar tidak melakukan kekerasan dan provokasi lebih lanjut," ujar Stoltenberg.

Sejauh ini Amerika merupakan anggota NATO yang paling besar dan yang paling berpengaruh.

Iran bertekad membalas dendam atas kematian Soleimani, salah satu tokoh publik paling terkenal di Iran dan pemain kunci dalam jaringan aliansi dan pasukan proksi di seputar Timur Tengah, sementara Presiden Amerika Donald Trump mengancam "pembalasan besar" jika ada target Amerika yang dihantam.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan Uni Eropa meminta semua pihak meredakan ketegangan, menyerukan pengekangan dan mendesak agar pencapaian di Irak sejak kekalahan kelompok ISIS, dipertahankan.

"Setelah perkembangan baru-baru ini di Irak, kini penting untuk menghentikan siklus kekerasan supaya satu tindakan lagi tidak memicu kekerasan berikutnya, dan sebaliknya, kembali ada ruang untuk diplomasi," ujar von der Leyen.

Pertemuan menteri-menteri luar negeri Uni Eropa Jumat nanti juga akan membahas kesepakatan nuklir tahun 2015 dengan Iran, yang mengekang program nuklirnya dengan imbalan kelonggaran sanksi, tetapi kini berada di ambang kehancuran.

Kepala diplomatik Uni Eropa Josep Borrell mencuit, perjanjian itu, yang goyah sejak Presiden Donald Trump menarik Amerika keluar pada Mei 2018, "kini lebih penting daripada sebelumnya".

Ia mengkritik langkah-langkah terbaru Iran menjauh dari perjanjian itu, setelah mengatakan akan melampaui "batas jumlah sentrifugal," menimbulkan keraguan mengenai upaya Uni Eropa untuk pembicaraan guna menyelamatkan kesepakatan itu. (em/ka)

XS
SM
MD
LG