Presiden Afghanistan yang terpojok, Ashraf Ghani, akan menjadi tuan rumah konferensi internasional hari Selasa (6/6), dalam upaya baru untuk mencari "konsensus yang lebih luas" tentang bagaimana mengakhiri konflik yang semakin mematikan di negara tersebut dan secara kolektif memerangi terorisme lintas batas.
Pemerintah menyebut prakarsa baru perdamaian kawasan "the Kabul Process" namun konperensi pertama berlangsung di tengah memburuknya keamanan nasional dan mendalamnya ketegangan politik.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Ahmad Shakeb Mustaghani mengatakan kepada wartawan Senin, pemerintah bertekad tidak akan membiarkan berbagai tantangan domestik menghambat usaha usaha yang ditempuhnya.
Mustaghani mengatakan, tetangga Afghanistan, seperti Iran dan Pakistan, termasuk di antara peserta yang sudah memastikan diri hadir. Juru bicara itu juga mengatakan, negara lain yang akan hadir termasuk Amerika, Rusia, India, Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Inggris, PBB dan Uni Eropa.
"Dan aparat keamanan kami juga meyakinkan pemerintah akan melakukan pengamanan yang ketat untuk memastikan keamanan pertemuan ini," kata Mustaghani.
Peristiwa dalam sepekan terakhir, bagaimanapun, telah membayangi apa yang digambarkan sebagai langkah penting untuk meningkatkan perdamaian dan keamanan Afghanistan.
Dua bom bunuh diri dan demonstrasi anti-pemerintah yang mematikan di Kabul, telah menewaskan hampir 120 orang dan melukai sekitar 600 lainnya. Pertumpahan darah tersebut dimulai dengan ledakan kuat bom truk pada hari Rabu, 31 Mei. [ps/al]