Sebuah badan kemanusiaan dunia memperingatkan negara-negara tetangga Afghanistan pada hari Rabu, agar tidak mengusir jutaan pengungsi dalam beberapa bulan mendatang, dengan alasan ketidaksiapan negara itu akibat konflik selama puluhan tahun, kehancuran ekonomi, dan tantangan terkait iklim.
Dewan Pengungsi Norwegia, atau NRC melaporkan, Iran berencana mengusir hingga 2 juta pengungsi Afghanistan pada Maret, sementara setidaknya 800.000 orang dideportasi dari Pakistan sejak Oktober 2023.
“Banyak warga Afghanistan yang rentan telah kembali dari Iran, yang saya temui di perbatasan pekan ini. Mereka merasa bahwa hidup mereka diliputi ketidakpastian,” kata Jan Egeland, sekretaris jenderal NRC.
“Mereka meninggalkan Afghanistan untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan lebih aman. Kini mereka kembali ke masa depan yang tidak pasti di Afghanistan. Mereka menghadapi pengangguran, kelaparan, dan pelanggaran hak asasi manusia yang sama, sehingga membuat mereka meninggalkan tanah air mereka,” katanya.
NRC mencatat, sebagian besar pengungsi yang kembali terpaksa tetap tinggal di daerah perkotaan Afghanistan, berjuang untuk memperoleh pekerjaan atau perumahan. Meskipun sebagian dari mereka mempunyai hubungan keluarga, banyak yang kehilangan ikatan setelah bertahun-tahun berada dalam pengasingan dan tidak tahu harus ke mana.
Bantuan internasional sangat penting dalam meringankan kebutuhan kemanusiaan yang sangat besar di Afghanistan, namun kini bantuan semakin berkurang, keluh Egeland, sambil menambahkan bahwa perempuan dan anak perempuanlah yang menanggung beban terbesar akibat kurangnya dukungan keuangan untuk kelompok non-pemerintah dan bantuan kemanusiaan ke Afghanistan.
Ketua NRC memperingatkan bahwa “dunia telah mengabaikan” kebutuhan warga Afghanistan yang terjebak dalam salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia sejak Taliban kembali menguasai negara itu pada Agustus 2021.
PBB dan kelompok kemanusiaan non-pemerintah berulang kali mendesak masyarakat internasional untuk terus memberi dukungan Afganistan. Pekerja bantuan menyatakan keprihatinannya bahwa larangan yang dilakukan Taliban terhadap akses perempuan ke tempat kerja dan kehidupan umum sangat berdampak terhadap upaya kemanusiaan di Afghanistan.
Mereka mengeluh bahwa pembatasan tersebut menyulitkan penyediaan layanan umum penting, seperti kesehatan, gizi, dan imunisasi, terutama di provinsi-provinsi di mana otoritas Taliban melarang dokter laki-laki merawat pasien perempuan. [ps/jm]
Forum