SINGAPURA —
Maskapai-maskapai penerbangan premium di Asia menginvestasikan ratusan juta dolar untuk pelayanan mewah untuk mendongkrak bisnis mereka, bahkan di saat maskapai berbiaya rendah menerbangkan kelas menengah yang jumlahnya melonjak.
Meski lalu lintas kelas bisnis dan kelas pertama telah jatuh secara signifikan pada beberapa tahun terakhir karena perusahaan-perusahaan memotong anggarannya, maskapai-maskapai seperti Singapore Airlines Ltd (SIA), Cathay Pacific Airways Ltd dan Qantas Airways Ltd diperkirakan masih menghasilkan sekitar 35 sampai 40 persen pendapatan penumpang dari segmen bermargin tinggi.
Pendapatan dari setiap penumpang premium adlaah sekitar empat sampai lima kali lebih tinggi dibandingkan untuk kelas ekonomi, menggarisbawahi mengapa maskapai-maskapai royal mengeluarkan uang untuk pelayanan mulai dari kabin mewah sampai makanan lezat.
Maskapai-maskapai Asia Pasifik merupakan yang paling menghasilkan untung dalam sektor penerbangan global, menurut data industri.
“Jika kita tidak meningkatkan kualitas produk kita, kita akan selalu berada di bawah tekanan untuk lebih menurunkan harga secara signifikan,” ujar Tan Pee Teck, kepala produk dan layanan SIA.
Sementara maskapai penerbangan berbiaya rendah seperti AirAsia Bhd di Malaysia dan Lion Air di Indonesia telah mencuri perhatian media karena pembelian pesawat yang mencapai rekor untuk mengimbangi permintaan pasar, kompetisi untuk pelancong kaya juga memanas.
Maskapai nasional Singapura telah mempekerjakan unit desain BMW Group, DesignworksUSA, untuk merancang kursi kelas pertama baru yang memiliki lebih banyak privasi dan ruang penyimpanan personal.
Kabin-kabin kelas pertama, bersama dengan kursi-kursi yang lebih nyaman untuk kelas bisnis yang dirancang oleh perusahaan desain lain, akan diletakkan di pesawat Boeing 777-300ER dan termasuk dalam armada SIA akhir tahun ini.
Emirates Airline, Etihad Airways dan Qatar Airways juga berinvestasi besar untuk menarik pelancong dengan peningkatan armada, jaringan yang lebih luas dan fasilitas-fasilitas baru, seperti bar, layanan pengemudi di lebih dari 55 kota dan tempat menunggu di bandar udara yang mewah.
Garuda Indonesia akan menerima 24 pesawat baru tahun ini untuk memenuhi pasar penerbangan jarak jauh dan pasar premium.
“Kami melihat peningkatan tren penumpang dengan kelas atas dan memilih kelas eksekutif ketika terbang bersama kami,” ujar direktur eksekutif Garuda Emirsyah Satar.
Garuda berencana meluncurkan layanan langsung Jakarta ke London dengan pesaawt Boeing 777-300ER baru yang dilengkapi delapan ruang kelas pertama. Ruang itu dilengkapi tempat duduk yang dapat diubah menjadi tempat tidur, menyiarkan siaran dari enam saluran global dan koneksi Internet wi-fi.
Layanan lain termasuk penjemputan limosin dan koki pribadi dan fasilitas lainnya.
“Para pelancong semakin makmur, permintaan untuk pengalaman perjalanan yang luar biasa semakin kuat dari sebelumnya,” ujar Emirsyah.
Miliuner-miliuner di negara-negara seperti Singapura, China, Hong Kong dan Indonesia memang tidak ragu membayar untuk perjalanan udara premium.
Populasi orang sangat kaya pada 2012 meningkat 9,4 persen menjadi 3,7 juta orang, menurut laporan Capggemini dan RBC Wealth Management. (Reuters/Anshuman Daga)
Meski lalu lintas kelas bisnis dan kelas pertama telah jatuh secara signifikan pada beberapa tahun terakhir karena perusahaan-perusahaan memotong anggarannya, maskapai-maskapai seperti Singapore Airlines Ltd (SIA), Cathay Pacific Airways Ltd dan Qantas Airways Ltd diperkirakan masih menghasilkan sekitar 35 sampai 40 persen pendapatan penumpang dari segmen bermargin tinggi.
Pendapatan dari setiap penumpang premium adlaah sekitar empat sampai lima kali lebih tinggi dibandingkan untuk kelas ekonomi, menggarisbawahi mengapa maskapai-maskapai royal mengeluarkan uang untuk pelayanan mulai dari kabin mewah sampai makanan lezat.
Maskapai-maskapai Asia Pasifik merupakan yang paling menghasilkan untung dalam sektor penerbangan global, menurut data industri.
“Jika kita tidak meningkatkan kualitas produk kita, kita akan selalu berada di bawah tekanan untuk lebih menurunkan harga secara signifikan,” ujar Tan Pee Teck, kepala produk dan layanan SIA.
Sementara maskapai penerbangan berbiaya rendah seperti AirAsia Bhd di Malaysia dan Lion Air di Indonesia telah mencuri perhatian media karena pembelian pesawat yang mencapai rekor untuk mengimbangi permintaan pasar, kompetisi untuk pelancong kaya juga memanas.
Maskapai nasional Singapura telah mempekerjakan unit desain BMW Group, DesignworksUSA, untuk merancang kursi kelas pertama baru yang memiliki lebih banyak privasi dan ruang penyimpanan personal.
Kabin-kabin kelas pertama, bersama dengan kursi-kursi yang lebih nyaman untuk kelas bisnis yang dirancang oleh perusahaan desain lain, akan diletakkan di pesawat Boeing 777-300ER dan termasuk dalam armada SIA akhir tahun ini.
Emirates Airline, Etihad Airways dan Qatar Airways juga berinvestasi besar untuk menarik pelancong dengan peningkatan armada, jaringan yang lebih luas dan fasilitas-fasilitas baru, seperti bar, layanan pengemudi di lebih dari 55 kota dan tempat menunggu di bandar udara yang mewah.
Garuda Indonesia akan menerima 24 pesawat baru tahun ini untuk memenuhi pasar penerbangan jarak jauh dan pasar premium.
“Kami melihat peningkatan tren penumpang dengan kelas atas dan memilih kelas eksekutif ketika terbang bersama kami,” ujar direktur eksekutif Garuda Emirsyah Satar.
Garuda berencana meluncurkan layanan langsung Jakarta ke London dengan pesaawt Boeing 777-300ER baru yang dilengkapi delapan ruang kelas pertama. Ruang itu dilengkapi tempat duduk yang dapat diubah menjadi tempat tidur, menyiarkan siaran dari enam saluran global dan koneksi Internet wi-fi.
Layanan lain termasuk penjemputan limosin dan koki pribadi dan fasilitas lainnya.
“Para pelancong semakin makmur, permintaan untuk pengalaman perjalanan yang luar biasa semakin kuat dari sebelumnya,” ujar Emirsyah.
Miliuner-miliuner di negara-negara seperti Singapura, China, Hong Kong dan Indonesia memang tidak ragu membayar untuk perjalanan udara premium.
Populasi orang sangat kaya pada 2012 meningkat 9,4 persen menjadi 3,7 juta orang, menurut laporan Capggemini dan RBC Wealth Management. (Reuters/Anshuman Daga)