Tautan-tautan Akses

Kiat Sukses Mendongeng 'Ms. Wiwin' dan Keluarga Winson


Keluarga pendongeng Winson, dari kiri: ayah (Sonny), ibu (Wiwin), putra (Kanaka), putri (Anabel). (Foto courtesy: Wiwin).
Keluarga pendongeng Winson, dari kiri: ayah (Sonny), ibu (Wiwin), putra (Kanaka), putri (Anabel). (Foto courtesy: Wiwin).

Mendongeng bisa jadi bukan sekadar menghibur, melainkan juga media untuk menyampaikan suatu isu atau pesan tertentu. Wiwin Windrati yang kerap disapa sebagai Miss Wiwin, bersama suami dan kedua anaknya, dikenal sebagai keluarga pendongeng, Winson Family. Mereka telah berkeliling panggung di berbagai daerah di Indonesia untuk menyampaikan beragam kisah. Miss Wiwin menuturkan beberapa hal mengenai mendongeng, termasuk tips mendongeng yang baik.

Berbekal pengalamannya mendongeng semasa mengajar di sekolah, Wiwin Windrati, yang kerap disapa sebagai Miss Wiwin, akhirnya menekuni dunia ini. Suaminya Sony, putra-putri mereka yang menginjak remaja, Kanaka yang suka bermusik dan putrinya Anabel, dengan hobi yang sama, akhirnya dikenal sebagai keluarga pendongeng Winson Family.

Miss Wiwin mengemukakan, mendongeng merupakan teknik menyampaikan pesan yang menarik.“Hampir semua hal itu kalau disampaikan dengan teknik storytelling akan sangat menarik. Karena apa? Karena yang mendengar itu tidak merasa diajari, tidak merasa disuruh, tetapi mereka hanyut di dalam cerita.”

Tips Mendongeng Miss Wiwin
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:28 0:00

Di tengah keluarga, dahulu mendongeng adalah bagian dari pengantar tidur anak. Sekarang, mengingat keterbatasan waktu dan aktivitas orang tua, bercerita atau mendongeng bisa dilakukan kapanpun. Cukup lima sampai tujuh menit dalam sehari, misalnya ketika mengantar anak sekolah atau kapanpun waktu yang memungkinkan, jelas Miss Wiwin.

Apa yang perlu diketahui untuk mendongeng dengan baik?

Pertama, “Jangan mencoba menjadi orang lain. Jadilah diri sendiri, karena setiap orang memiliki gaya dan cara sendiri.”

Kedua, menguasai ceritanya dan melatihnya terus menerus. “Jadi satu saja buku cerita coba dikuasai, bukan dihafal. Tapi scene per scene-nya kita tahu. Begitu melihat ada kesempatan mendongeng, segera raihlah kesempatan tersebut," ujarnya. “Untuk suara, pakai saja tiga suara. Suara kita asli, suara agak tinggi dan suara rendah, itu juga cukup,” lanjut Wiwin.

Keluarga pendongeng Winson, dari kiri: putri (Anabel), ayah (Sonny), putra (Kanaka), ibu (Wiwin). (Foto courtesy: Wiwin)
Keluarga pendongeng Winson, dari kiri: putri (Anabel), ayah (Sonny), putra (Kanaka), ibu (Wiwin). (Foto courtesy: Wiwin)

Mengenai media mendongeng, pada dasarnya apapun bisa, jelas Miss Wiwin. Boneka yang ada di rumah, gambar-gambar, atau wayang kertas buatan sendiri. Juga penting diperhatikan adalah mengenai cara menyampaikan dongeng atau cerita.

Semakin muda usia audiens, semakin lambat cara bicara kita, seperti mengeja dengan bahasa yang harus sangat jelas dalam kecepatan berbicara lebih lambat. Agar tidak bingung, pada awal kita belajar mendongeng, Miss Wiwin menyarankan penggunaan paling banyak tiga tokoh dalam satu cerita.

Dan terakhir, mengenai durasi mendongeng. Semakin muda usia audiens, semakin singkat pula waktu mendongeng. Untuk anak-anak usia prasekolah, misalnya, ia menganjurkan waktu mendongeng lima hingga 10 menit.

“Sudah cukup panjang ya. Nanti naik lagi TK mungkin bisa 15-20 menit. Tapi maksimal 30 menit sih kalau aku. Konsentrasi anak juga tidak lebih dari 20 sampai 30 menit. Sisanya adalah gimmick. Misalnya di opening atau di ending ada question dan lain-lain.” [uh/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG