Mohammed Allan tidak sadarkan diri setelah mogok makan selama dua bulan guna memprotes penahanan tanpa adanya tuduhan yang jelas di Israel.
Warga Palestina melancarkan aksi protes di dalam dan luar negeri guna menunjukkan dukungan terhadap Mohammed Allan, yang ditahan di Israel karena dugaan terkait kelompok militan jihad Islam. Allan menyangkal keterlibatan apapun itu.
Setelah sidang sehari penuh hari Rabu (19/8), Mahkamah Agung Israel mengumumkan bahwa Allan akan tetap dirawat di rumah sakit di Israel, tetapi borgolnya akan dibuka dan keluarganya diijinkan mengunjunginya.
Ahmad Al-Tibi – anggota parlemen Israel keturunan Arab mengatakan., “Kami telah mendengarkan laporan panjang tentang kesehatannya dari dokter Yacoubson yang merawatnya di ICU. Hakim meminta laporan itu tetapi dirahasiakan guna melindungi privasi medis Allan”.
Menurut dokter, Allan menderita kerusakan otak dan belum jelas apakah hal itu dapat disembuhkan.
Dalam perkembangan lainnya, sejumlah warga Kristen-Palestina di kota Beit Jala – Tepi Barat hari Rabu melangsungkan protes menentang pembangunan tembok pembatas antara pemukiman Yahudi Har Gilo dan kota mereka.
“Pemerintah dan militer Israel memutuskan untuk menyita tanah ini, menebang semua pohon, merusak masa depan anak-anak, masyarakat dan komunitas Kristen kami, serta membangun tembok untuk melindungi pemukiman Yahudi,” kata Akhtam Jijazin.
Sebuah upacara pemakaman juga dilangsungkan hari Selasa (18/8) bagi seorang warga Palestina yang ditembak mati sehari sebelumnya, setelah ia menyerang seorang penjaga perbatasan Israel dengan pisau, serangan ketiga dalam satu pekan terakhir.
Pemimpin kelompok oposisi Israel Isaac Herzog bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Tepi Barat untuk membahas memburuknya situasi.
“Yang penting adalah kita harus mencegah terjadinya intifada atau pemberontakan yang ketiga, dan kita setuju bahwa guna mencegah hal itu kita harus melawan teror secara agresif dan melangsungkan proses diplomatik, berunding dan berbicara satu sama lain,” ujar Herzog.
Setelah perundingan perdamaian yang disponsori Amerika berakhir bulan April 2014 tanpa kemajuan, aksi kekerasan antara Israel dan Palestina kembali memanas pada bulan Juli ketika Israel menanggapi serangan dari Gaza dengan pemboman selama beberapa pekan.