Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry menyampaikan pernyataan tersebut hari Senin (6/6) dalam pembukaan pertemuan tahunan ke-8 “Dialog Strategis dan Ekonomi Amerika-China” di Beijing hari Senin (6/6).
“Kita sedang mengupayakan resolusi damai untuk menyelesaikan perselisihan di Laut China Selatan. Kita bukan pihak yang menuntut. Kita tidak berpihak pada satu pihak pun," ungkap Kerry.
Ia menambahkan, "Satu-satunya sikap kita (Amerika) adalah, jangan selesaikan masalah ini dengan tindakan unilateral, mari selesaikan lewat aturan hukum, lewat diplomasi, lewat perundingan dan kami menyerukan kepada seluruh negara untuk menemukan solusi diplomatik yang mengakar pada aturan hukum dan standar internasional.”
Pernyataan Kerry ini merujuk pada meningkatnya kegelisahan di kawasan tersebut terhadap sikap agresif China yang membangun instalasi-instalasi militer di kepulauan dan terumbu karang yang tidak bertuan di Laut China Selatan, yang sebagain juga diklaim oleh Taiwan, Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam dan Indonesia.
Jalur ini merupakan bagian dari lalu lintas perdagangan dunia yang bernilai lima triliun dolar setiap tahun. Kawasan ini juga diyakini mempunyai cadangan gas dan minyak yang cukup besar.
China – yang marah terhadap pesawat-pesawat terbang pengintai Amerika yang terbang di atas wilayah udara kawasan itu – sedang mempertimbangkan untuk membentuk “Zona Identifikasi Pertahanan Udara” di atas sebagian Laut China Selatan, yang akan mengharuskan seluruh pesawat yang ingin melintasi kawasan itu untuk mendaftar pada pihak berwenang China.
Kerry juga menggunakan pidato pembukaannya dalam dialog di Beijing itu untuk menyorot “terobosan-terobosan baru dalam kerjasama” antara China dan Amerika dalam sejumlah isu, antara lain: perubahan iklim, darurat kesehatan global dan meredam proliferasi nuklir, termasuk pengetatan sanksi-sanksi terhadap Korea Utara baru-baru ini terkait program senjata nuklirnya.
Dalam pidato pembukaan dialog itu, Presiden China Xi Jingping mengatakan merupakan hal yang penting bagi kedua negara untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan mereka dengan “cara yang pragmatis dan konstruktif”. [em/ii]