Acara pengumuman pemenang penghargaan Oscar tidak selalu dirasakan sebagai tempat yang paling ramah-penyandang disabilitas. Desain produksi acara tersebut, contohnya. Ini disampaikan oleh Jim Lebrecht, kosutradara "Crip Camp". Baginya, desain panggung acara penganugerahan Oscar selalu saja menyiratkan pernyataan negatif.
“Saya selalu melihat panggung dengan anak-anak tangganya sebagai perlambang bahwa mereka tidak memperkirakan ada orang yang memiliki masalah mobilitas akan dinominasikan atau memenangkan suatu penghargaan,” jelasnya.
Film dokumenter "Crip Camp" yang turut disutradarai dan dibintanginya itu, mendapat nominasi Oscar.
Namun tahun ini tampak ada tanda-tanda perubahan. LeBrecht, yang menderita spina bifida dan harus berkursi roda, akan menghadiri acara penganugerahan Oscar pada 25 April mendatang. Begitu pula Robert Tarango, seorang tunarungu dan tunanetra yang membintangi film pendek yang juga mendapat nominasi Oscar, "Feeling Through".
Podium untuk para pemenang akan dapat diakses bagi orang-orang seperti mereka. LeBrecht berharap ini akan menjadi perubahan yang permanen
Dua film tersebut, bersama-sama dengan "Sound of Metal", dinominasikan untuk enam kategori penghargaan, di antaranya film terbaik. Orang-orang yang bekerja untuk film itu berharap momen Oscar mereka dapat menjadi katalis bagi Hollywood untuk berhenti menggunakan disabilitas sebagai sumber inspirasi, objek belas kasihan, atau sebagai tokoh-tokoh jahat.
Panitia penyelenggara Oscar, yang berada di bawah tekanan, telah mendorong diperluasnya keragaman ras dan gender dalam beberapa tahun belakangan. Sayangnya, para penyandang disabilitas kerap terlupakan dalam pembahasan mengenai hal tersebut.
Penyandang disabilitas telah lama termasuk di antara kelompok yang paling sedikit keterwakilannya dalam film dan televisi. Tahun lalu, laporan tahunan mengenai ketimpangan yang dikeluarkan USC Annenberg mendapati bahwa hanya 2,3 persen dari semua pemeran di 100 film berpendapatan terbanyak pada tahun 2018 yang digambarkan memiliki disabilitas. Lebih sedikit lagi yang diperankan oleh aktor yang benar-benar menyandang disabilitas.
Marlee Matlin, produser eksekutif film "Feeling Through" dan satu-satunya aktris tunarungu yang meraih Oscar sejauh ini, melalui penerjemah bahasa isyaratnya mengemukakan, "Sudah waktunya orang-orang perlu mengakui bahwa keberagaman juga harus mencakup penyandang disabilitas, tunarungu-tunanetra, dan komunitas tunarungu.”
Matlin berharap perubahan yang dilakukan panitia Oscar bukan untuk tahun ini saja, dan perubahan tersebut akan menjadi tren yang akan terus berlanjut. [uh/ab]