Tautan-tautan Akses

Kepala Baru Intelijen AS Berjanji Penuhi Mandat Trump


Tulsi Gabbard dilantik sebagai Direktur Intelijen Nasional AS yang baru di Gedung Putih, Washington, pada 12 Februari 2025. (Foto: Reuters/Nathan Howard)
Tulsi Gabbard dilantik sebagai Direktur Intelijen Nasional AS yang baru di Gedung Putih, Washington, pada 12 Februari 2025. (Foto: Reuters/Nathan Howard)

Upaya Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk merombak aparatur intelijen negara tampaknya akan berlanjut, dengan dikukuhkannya Tulsi Gabbard sebagai direktur intelijen nasional berikutnya.

Senat AS, pada Rabu (12/2), memberikan suara 52-48 untuk mendukung Gabbard dengan suara tipis menolak kekhawatiran tentang pengalamannya dan pernyataan masa lalunya tentang kebocoran intelijen rahasia dan masalah lainnya.

Setelah pemungutan suara, Gabbard mengatakan kepada Trump bahwa ia akan "membantu memenuhi mandat yang diberikan rakyat Amerika kepada Anda dengan sangat jelas dalam pemilihan ini."

"Rakyat Amerika kurang memercayai komunitas intelijen, terutama karena mereka telah melihat entitas yang seharusnya hanya berfokus untuk memastikan keamanan nasional ini dijadikan senjata dan dipolitisasi," ujar Gabbard sesaat setelah diambil sumpah dalam upacara di Ruang Oval di Gedung Putih.

"Sungguh merasa terhormat berada di posisi ini untuk membantu pemerintahan Anda membangun kembali kepercayaan itu dan pada akhirnya menjaga rakyat Amerika aman," tambahnya, seraya memuji sang presiden karena "memastikan bahwa perang adalah pilihan terakhir, bukan yang pertama."

Gabbard mendapat dukungan dari semua senator Partai Republik kecuali mantan Pemimpin Mayoritas Mitch McConnell. Ia bergabung dengan Partai Demokrat dalam menentang pengukuhannya.

Namun, permohonan Senat Demokrat kepada rekan-rekan Republik mereka pada menit-menit terakhir untuk menolak pencalonan Gabbard tidak berdampak apa pun.

"Dengan hati nurani yang bersih, kita tidak dapat memberikan kepercayaan kepada seseorang yang menggaungkan propaganda Rusia dan percaya pada teori konspirasi untuk menjaga rahasia [negara]," ujar Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer, kepada rekan-rekannya sebelum pengambilan suara dimulai.

Schumer juga menduga bahwa kebanyakan anggota dari Partai Republik juga sepakat dengannya.

"Jika kita mengadakan pemungutan secara rahasia, Gabbard mungkin hanya mendapatkan 10 suara," ujarnya. "Orang-orang tahu itu. Itulah mengapa mereka menanyakan banyak hal. Tapi Donald Trump dan Elon Musk rupanya mengancam mereka, lalu mereka mengubah pandangannya."

Trump menunjuk Gabbard pada November lalu, memuji sosoknya yang "pemberani." [ka/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG