Tautan-tautan Akses

Kenya: Presiden Rwanda dan Presiden Kongo akan Bertemu di tengah Pengambilalihan Goma oleh Pemberontak


Anggota kelompok bersenjata M23 berjalan di antara warga di jalanan di wilayah Keshero, Goma, Republik Demokratik Kongo, pada 27 Januari 2025. (Foto: AFP/STR)
Anggota kelompok bersenjata M23 berjalan di antara warga di jalanan di wilayah Keshero, Goma, Republik Demokratik Kongo, pada 27 Januari 2025. (Foto: AFP/STR)

Selama bertahun-tahun, Kongo berulangkali menuduh Rwanda mendukung pemberontak M23, sebuah tuduhan yang dibantah oleh Rwanda. Pemerintah DRC pada Senin mengatakan bahwa pasukan pemerintah Rwanda berada di Goma. Tidak ada tanggapan segera dari pejabat di Kigali.

Presiden Kenya William Ruto, pada Senin (27/1), mengatakan bahwa presiden Rwanda dan presiden Republik Demokratik Kongo (DRC) sepakat untuk hadir dalam pertemuan pada Rabu (29/1) guna membahas perkembangan situasi di Kongo Timur di mana kelompok pemberontak M23 mengatakan mereka telah merebut kendali atas wilayah Goma yang terletak di perbatasan Kongo-Rwanda.

“Kami semua sepakat bahwa saat ini hal tersebut merupakan isu eksistensial, bukan hanya untuk rakyat di DRC Timur tetapi untuk kawasan ini,” kata Ruto dalam jumpa pers. “Situasi di DRC Timur kini menuntut fokus kita bersama.”

Pengambilalihan Goma, sebuah kota dengan penduduk sekitar 2 juta orang, telah memicu kekhawatiran akan kekerasan lebih lanjut dan pengungsian massal. Seorang jurnalis di Goma kepada VOA lewat telepon mengatakan bahwa pertempuran kini berlangsung di sekeliling bandara Goma, dan tampaknya meningkat. Saat dia berbicara, suara tembakan dapat terdengar, dan dia terpaksa memutus percakapan untuk mencari perlindungan.

Selama bertahun-tahun, Kongo berulangkali menuduh Rwanda mendukung pemberontak M23, sebuah tuduhan yang dibantah oleh Rwanda. Pemerintah DRC pada Senin mengatakan bahwa pasukan pemerintah Rwanda berada di Goma. Tidak ada tanggapan segera dari pejabat di Kigali.

Pemerintah Kongo “masih terus berusaha untuk menghindari pembantaian dan hilangnya nyawa manusia,” kata juru bicara pemerintah Patrick Muyaya pada Senin dalam sebuah unggahan di platform X. Muyaya mengatakan bahwa pemerintah menganjurkan penduduk Goma agar tinggal di dalam rumah dan menghindari penjarahan.

Juru bicara M23 Lawrence Kanyuka kepada VOA mengatakan bahwa kelompok pemberontak tersebut merebut kendali kota pada akhir minggu menyusul bentrokan sengit dengan pasukan pemerintah Kongo.

Kekerasan di sekeliling kota telah memicu kepanikan yang luas di kalangan penduduk dan warga yang mengungsi, banyak yang sudah melarikan diri dari kekerasan di daerah sekitarnya.

Mugunga, salah satu kamp terbesar untuk pengungsi dekat Goma, menyaksikan kedatangan warga baru dalam jumlah besar.

Kendaraan militer pasukan PBB dikerahkan di luar wilayah Goma, Republik Demokratik Kongo, pada 25 Januari 2025. (Foto: AP/Moses Sawasawa)
Kendaraan militer pasukan PBB dikerahkan di luar wilayah Goma, Republik Demokratik Kongo, pada 25 Januari 2025. (Foto: AP/Moses Sawasawa)

“Kami lari dari Sake tahun lalu karena pertempuran, dan kini kami harus melarikan diri lagi,” kata seorang perempuan yang tidak mau memberikan namanya karena alasan keamanan. “Kami tidak memiliki makanan, tempat berteduh, dan tidak tahu ke mana kami harus pergi. Ini bukan kehidupan.”

Sementara pemberontak bertempur untuk menguasai Goma sepenuhnya, situasinya tidak menentu di dekat Sake, sebuah kota penting di sebelah barat Goma di provinsi Kivu Utara.

Laporan menunjukkan pertempuran sengit terus berlangsung antara M23 dan Angkatan Bersenjata Republik Demokratik Kongo, yang dikenal dengan akronim Prancisnya FARDC.

Pada Jumat (24/1), Jenderal Sylvain Ekenge, seorang juru bicara militer Kongo, mengumumkan kematian Gubernur Kivu Utara Mayor Jenderal Peter Cirimwami. Juru bicara itu mengatakan kepada media pemerintah bahwa sang gubernur “cedera dan diungsikan ke Kinshasa, di mana semua usaha dilakukan untuk membawanya ke luar negeri untuk menjalani pengobatan. Tetapi dia meninggal karena luka-luka yang ia alami.”

Kebutuhan kemanusiaan semakin besar

Konflik ini telah memperparah situasi kemanusiaan yang sebelumnya sudah buruk. PBB melaporkan bahwa lebih dari 5,5 juta orang terpaksa lari dari rumah mereka di Kongo, banyak dari mereka berada di wilayah Kivu Utara.

Para warga seperti Lomoo Biondo Manuel, seorang pengungsi, ingin kekerasan berhenti. Kami menghadapi “banyak penderitaan,” kata Manuel kepada VOA Swahili. “Kami ingin pulang ke rumah kami. Kami menginginkan perdamaian.”

Di kamp Mugunga, penduduk terpaksa mencari perlindungan di sekolah-sekolah, bangunan yang ditinggalkan dan bahkan di lapangan terbuka. Seorang pengungsi perempuan memohon adanya intervensi segera, seraya menambahkan “kami menyerukan kepada pemerintah agar menghentikan perang ini sehingga kami bisa kembali ke rumah kami.”

Pembrontakan M23 telah memperbaharui pengamatan terhadap para aktor di kawasan. Sebuah laporan PBB mengatakan bahwa Rwanda memainkan peran langsung dalam operasi M23, sebuah tuduhan yang ditampik oleh pejabat Rwanda dan menyebutnya sebagai tuduhan “tidak berdasar.” [jm/lt]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG