Tautan-tautan Akses

Kematian akibat COVID-19 di India Lampaui 200 Ribu, Faskes Lumpuh


Para kerabat dari seorang pasien COVID-19 yang meninggal menyalakan api di tempat pembakaran jenazah di sebuah krematorium di Jammu, India, Senin, 26 April 2021. (Foto: Channi Anand/AP)
Para kerabat dari seorang pasien COVID-19 yang meninggal menyalakan api di tempat pembakaran jenazah di sebuah krematorium di Jammu, India, Senin, 26 April 2021. (Foto: Channi Anand/AP)

Jumlah korban virus corona di India melonjak melampaui 200 ribu orang pada Rabu (28/4), yang menjadi hari paling mematikan di India. Kekurangan oksigen, pasokan medis, dan staf rumah sakit menambah rekor jumlah infeksi baru.

Dalam gelombang kedua COVID-19, setidaknya 300 ribu orang dinyatakan positif setiap hari selama satu minggu terakhir. Fasilitas kesehatan dan krematorium kewalahan sehingga bantuan dari internasional makin mendesak.

Dalam 24 jam terakhir India mencatatkan 360.960 kasus baru. Ini adalah angka kasus harian terbesar di dunia dan melambungkan total jumlah kasus di India menembus angka 18 juta. Hari ini juga menjadi hari paling mematikan sejauh ini, dengan 3.293 korban jiwa sehingga total jumlah kematian di negara itu menjadi 201.187 orang.

Kantor berita Reuters melaporkan, Rabu (28/4), para pakar yakin penghitungan resmi jauh di bawah jumlah korban sebenarnya di negara berpenduduk 1,3 miliar itu.

Di Ibu Kota, New Delhi, ambulans berbaris berjam-jam untuk membawa korban COVID-19 ke fasilitas krematorium darurat di taman dan tempat parkir, tempat mayat dibakar dengan kayu bakar.

Para pasien, banyak yang kesulitan bernapas, berbondong-bondong ke kuil Sikh di pinggiran kota, berharap mendapatkan oksigen dari pasokan yang terbatas.

Rumah sakit di dan sekitar ibu kota India mengatakan oksigen masih langka, meskipun ada komitmen untuk meningkatkan pasokan.

"Kami menghabiskan hari dengan menurunkan kadar oksigen pada ventilator dan perangkat lain karena tangki kami menunjukkan tingkat penurunan yang mengkhawatirkan," tulis Dr Devlina Chakravarty, direktur pelaksana rumah sakit Artemis di pinggiran Gurgaon, di surat kabar Times of India.

Tempat-tempat pembakaran jenazah darurat untuk mengkremasi jenazah pasien COVID-19 di sebuah lapangan di New Delhi, India, Sabtu, 24 April 2021. (Foto:
Tempat-tempat pembakaran jenazah darurat untuk mengkremasi jenazah pasien COVID-19 di sebuah lapangan di New Delhi, India, Sabtu, 24 April 2021. (Foto:

"Kami melakukan ratusan panggilan dan mengirim pesan setiap hari untuk mendapatkan kuota oksigen harian kami."

Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal mengatakan orang-orang jatuh sakit lebih parah dengan waktu yang lebih lama, makin menambah tekanan.

"Gelombang saat ini sangat berbahaya," katanya.

"Ini (virus corona) sangat menular dan mereka yang tertular tidak dapat pulih secepatnya. Dalam kondisi ini, bangsal perawatan intensif sangat dibutuhkan."

Bantuan Datang

Polisi mengatakan kebakaran pada Rabu (28/4) pagi di sebuah rumah sakit di pinggiran pusat kota keuangan Mumbai, menewaskan empat orang dan melukai beberapa lainnya.

Kecelakaan di rumah sakit tersebut menjadi perhatian khusus karena India saat ini kekurangan tempat tidur dan persediaan oksigen. Minggu lalu, kebakaran di rumah sakit yang merawat pasien COVID-19 dan tangki oksigen yang bocor juga menewaskan 22 orang.

Persediaan yang tiba di New Delhi termasuk ventilator dan konsentrator oksigen dari Inggris, dan dengan volume yang lebih lagi dari Australia, Jerman, dan Irlandia. [ah/au/ft]

XS
SM
MD
LG