Meski tidak lolos ke Olimpiade Paris 2024, Timnas sepak bola Indonesia kini menjadi satu di antara 18 tim yang lolos ke babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, yang dijadwalkan akan dimulai pada tanggal 5 September mendatang dan berakhir pada tanggal 10 Juni 2025.
Hasil pengundian atau drawing yang membagi menjadi tiga grup, masing-masing terdiri dari enam tim, dan menempatkan Indonesia ke dalam “grup neraka” lantaran akan melawan juara Asia dan Piala Dunia seperti Arab Saudi, Australia dan Jepang.
“Jadi di round tiga ini kita harus realistis, kita berharap bisa masuk di (posisi) tiga atau empat, sehingga bisa masuk ke round empat, tahap berikutnya begitu. Melihat negara-negara yang masuk ini negara-negara yang kuat-kuat semua ya,” ungkap Exco Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Arya Sinulingga kepada VOA.
Asa yang sama juga disampaikan Justinus Lhaksana, pengamat sepak bola Indonesia yang juga mantan pelatih Timnas Futsal Indonesia kepada VOA. Menurutnya, kualitas permainan Indonesia yang berkembang dewasa kini telah menunjukkan bahwa Indonesia bisa mencatat prestasi baru dalam kancah internasional.
“Indonesia mumpuni. Mereka sudah menunjukkan kok, mereka sudah mengalahkan Australia, Korea, yang selalu ikut Olimpiade, kita kalahkan sehingga mereka enggak ikut. Artinya kita mumpuni. Bukan berarti kita juara atau apa ya, itu enggak. Tapi untuk berprestasi, kita bisa memberi perlawanan,” jelas Justinus, yang akrab dikenal sebagai Coach Justin itu.
Tantangan Pengembangan Sepak Bola Indonesia
Banyaknya kompetisi yang diikuti timnas Indonesia dalam kancah internasional tidak membuat PSSI menarik rem tangan dalam mencari talenta baru, maupun terus mengembangkan talenta yang ada.
Menurut Arya, kendala terbesar dalam mendorong pengembangan sepak bola Indonesia secara umum ada pada minimnya kompetisi di tingkat daerah.
“Tapi sekarang setelah setahun (kepemimpinan) pak Erick ini, regional-regional kan terus di-push ya, seperti pemberian subsidi tahun lalu 300-an juta rupiah, tahun ini mencapai 500 juta rupiah dan itu adalah untuk mendorong Asosiasi Provinsi (Asprov) membuat kompetisi untuk usia muda,” sebut Arya.
Selain dengan mengadakan berbagai kompetisi sepak bola pada tingkat regional, rekrutmen pemain naturalisasi dan inisiasi sejumlah program pelatihan untuk menjaring talenta muda, PSSI disebut Arya juga terus mempersiapkan timnas untuk memberikan yang terbaik dalam kompetisi yang diikuti saat ini.
“Dukungan dan fasilitas sudah pasti kita berikan yang terbaik bagi mereka ya. Artinya dari sisi officials, dari sisi manajemen, dari sisi fasilitas, kemudian juga apakah nanti Training Center (TC), atau nanti ada uji coba, tentunya kita bikin yang terbaik sehingga mereka betul-betul siap untuk masuk kualifikasi round tiga ini,” jelas Arya.
Optimisme Piala Dunia 2026
Hingga rilis ranking FIFA terbaru pada tanggal 20 Juni lalu, timnas sepak bola Indonesia menempati posisi ke-134 dunia dan tertinggi ke-3 di Asia tenggara, melampaui Malaysia, di bawah Thailand dan Vietnam.
Posisi Indonesia yang naik ke peringkat 134 merupakan yang terbaik dalam setidaknya satu dekade terakhir, meski skuad Garuda pernah berada di peringkat 76 pada tahun 1998, sejak FIFA membuat sistem ranking tersebut pada akhir tahun 1992.
Walau masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan, kemajuan sepak bola Indonesia kini menjadi catatan dan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia.
“This is different, sepak bola kita semenjak di bawah (ketua PSSI) Erick Thohir, di bawah (pelatih timnas) Shin Tae-yong is different era. We develop very fast, kita itu benar-benar meroket untuk level perkembangan sepak bola,” sebut Justin. [th/ys/em]
Forum