Tautan-tautan Akses

Keluarga Korban Peringati Setahun Kecelakaan Ethiopian Airlines


Para kerabat yang berduka memegang lilin dalam upacara memperingati setahun kecelakaan pesawat Boeing 737 Max milik Ethiopian Airlines.
Para kerabat yang berduka memegang lilin dalam upacara memperingati setahun kecelakaan pesawat Boeing 737 Max milik Ethiopian Airlines.

Para keluarga korban kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines tahun lalu, telah tiba di Addis Ababa untuk memperingati setahun tragedi itu dan untuk mencari jawaban. Sebuah laporan akhir industri penerbangan mengenai penyebab jatuhnya Boeing 737 MAX, diperkirakan keluar pekan ini.

Para keluarga dari 157 korban kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines nomor penerbangan 302, mengadakan upacara mengenang korban di Addis Ababa Senin (9/3) sebelum melakukan perjalanan Selasa (10/3) ke tempat kejadian, sekitar 45 kilometer di luar ibukota untuk sebuah upacara tertutup.

Dalam sebuah pertemuan kecil di Kedutaan Perancis Senin (9/3), para keluarga dari sembilan warga negara Prancis yang tewas dalam kecelakaan 10 Maret 2019 itu mengenang para anggota keluarga mereka.

Tidak ada korban selamat ketika Boeing 737 MAX yang masih baru itu, jatuh hanya beberapa menit setelah lepas landas.

Virginie Fricaudet adalah presiden asosiasi Keadilan Solidaritas ET302. Dia kehilangan saudara kandungnya Xavier, 38 tahun, seorang guru di Sekolah Prancis di Nairobi.

"Kami telah menciptakan komunitas dengan para keluarga -- keluarga Prancis di satu sisi dan keluarga global di sisi lain. Ini adalah momen besar bersama karena kami terhubung dengan tragedi dan nasib yang sama," kata Fricaudet.

Para korban selamat telah meminta Boeing untuk tidak terlibat dalam upacara mengenang korban dan telah mengajukan gugatan terhadap perusahaan itu untuk meminta kompensasi.

Kunjungan mereka ke Ethiopia dilakukan ketika para penyelidik keamanan mengeluarkan sebuah laporan sementara mengenai peran Boeing, Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA), dan Ethiopian Airlines dalam kecelakan itu.

Laporan itu mendapati bahwa para pilot 737 MAX tidak diberikan pelatihan memadai oleh produsen pesawat. Laporan itu juga menyimpulkan bahwa Sistem Augmentasi Karakteristik

Manuver atau MCAS Boeing, yang secara agresif menurunkan hidung pesawat, "bisa mengakibatkan hal yang tidak diinginkan."

Para keluarga dan teman dari para korban masih menunggu jawaban dan kritis terhadap respon perusahaan pasca kecelakaan.

Yeshiwas Zeggeye, Presiden Asosiasi Pilot Pesawat Ethiopia pada waktu terjadinya kecelakaan, mengatakan, "Yang menarik hingga titik ini adalah perusahaan itu tidak melakukan konsultasi dengan para pilot dan awak kabin sama sekali setelah kecelakaan. Saya mengharapkan perusahaan akan merangkul pilot, terutama mereka yang menerbangkan Boeing 737 MAX pada waktu itu ."

Zeggeye juga mengkritisi Ethiopian Airlines karena tidak bertindak setelah kecelakaan Lion Air di Indonesia beberapa bulan sebelumnya, yang juga melibatkan 737 MAX .

Insinyur penerbangan dan wakil presiden Keadilan Solidaritas ET302 Matthieu Willm mengatakan Boeing perlu menjelaskan mengapa pesawat 737 MAX itu masih diijinkan terbang setelah kecelakaan di Indonesia

Boeing belum memberikan komentar. [vm/ ii]

Recommended

XS
SM
MD
LG