Tautan-tautan Akses

Kelompok Teroris ISIS Dikhawatirkan Bangkit Lagi di Tengah Kekacauan di Suriah


Pejuang Suriah pro-Turki mengangkut korban tewas serangan bom mobil di Tal Abyad, Suriah utara (foto: dok).
Pejuang Suriah pro-Turki mengangkut korban tewas serangan bom mobil di Tal Abyad, Suriah utara (foto: dok).

Ditariknya pasukan Amerika dari suriah, dan serangan Turki ke Suriah, telah mengguncang wilayah di sana yang sudah tidak stabil. Kelompok-kelompok agama minoritas di wilayah tersebut khususnya khawatir akan kemungkinan kebangkitan ISIS.

Penarikan pasukan AS dari perbatasan Suriah dan serangan Turki ke wilayah tersebut telah menimbulkan kekhawatiran bahwa kelompok teroris ISIS mungkin kembali bangkit dalam kekacauan pasca serangan.

Kekhawatiran itu menjadi kenyataan pada 11 November, ketika orang-orang bersenjata ISIS membunuh Pastor Hovsep Bedoyan, kepala komunitas Katolik Armenia di Qamishli, kota yang mayoritas penduduknya etnis Kurdi, di dekat perbatasan Turki, dan ayahnya, Abraham Bedoyan, yang sedang dalam perjalanan ke provinsi Deir Al-Zor. Ratusan orang hadir ketika keduanya dimakamkan.

Pastor Levon Egheyan dari provinsi Al-Jazira mengatakan, "Pastor Hovsep dibunuh teroris. Bagi orang-orang Armenia di Jazira, semua orang sedih atas kepergiannya. Ia mengabdi pada Tuhan dan melayani rakyat."

Bahkan sebelum kebangkitan ISIS, komunitas Kristen di Suriah menghadapi ancaman ISIS, diskriminasi yang melembaga, pembatasan lapangan kerja dan meningkatnya angka emigrasi.

Jumlah mereka berkurang menjadi sekitar 800 ribu dari populasi yang dulunya 2 juta orang.

Tetapi mereka menemukan kedamaian di antara komunitas minoritas Muslim Suriah di antaranya Syiah, Alawit dan Druze. Semua kelompok itu kesulitan dalam perang saudara.

Armen Nalbandyan, orang Armenia di Wilayah Hasakah, mengungkapkan, "Orang-orang Arab menyambut kami dengan tangan terbuka, dan menyelamatkan kami dari pembunuhan. Sekarang kami aman dan orang-orang Arab atau komunitas lain menghargai kami. Namun belakangan ini, seperti komunitas lain, kami merasakan dampak perang, tetapi kami akan bertahan dan melindungi komunitas kami, gereja, dan sekolah. Serangan terbaru Erdogan berimbas kepada kami, tetapi kami tidak takut, karena kami tahu cara menghadapinya."

TEXT: Terlepas dari ancaman baru dan lama, banyak orang dalam komunitas Armenia tidak mau tinggal diam dan menyaksikan perubahan yang tidak disukai itu sehingga bergabung dengan kelompok-kelompok pasukan yang memerangi serbuan Turki baru-baru ini ke Suriah.

Banyak warga Armenia khawatir, pembunuhan massal genosida terhadap orang Armenia pada tahun 1915 bisa terulang, dan mengatakan mereka kini bukan saja harus berperang melawan ISIS, tetapi juga melawan musuh mereka sejak dulu sampai sekarang: Turki.(ka/ii)

XS
SM
MD
LG