Hampir 200 orang berunjuk rasa pada pekan lalu untuk mendukung Rusia dan China di Republik Afrika Tengah (CAR), setelah sembilan pekerja asal China dibunuh oleh sekelompok orang bersenjata dalam sebuah serangan.
CAR adalah salah satu negara termiskin di Afrika dan telah berjuang memerangi kelompok pemberontak selama 10 tahun terakhir.
Pemerintah CAR menyalahkan kelompok pemberontak atas aksi pembunuhan tersebut. Tetapi para pemberontak menuding kelompok Wagner Rusia berada di balik aksi itu. Kelompok Wagner sendiri telah dikerahkan sejak 2018 di ibu kota Bangui untuk melindungi pemerintah CAR.
Dalam demonstrasi yang berlangsung pada Rabu (22/3) di ibu kota CAR, Bangui, massa membawa sejumlah spanduk yang bertuliskan "dukungan untuk China" hingga "Rusia adalah Wagner, kami mencintai Rusia. Kami mencintai Wagner.”
Bentuk dukungan itu muncul menyusul kematian sembilan pekerja asal China dalam insiden penembakan di tambang emas Gold Coast Group pada Minggu (19/3).
Seorang mahasiswa hukum publik tahun ketiga, Abdoul Asy Babia, ikut serta dalam protes itu.
"Kami membela dan bersolidaritas dengan kedutaan China karena China adalah negara besar yang banyak membantu Republik Afrika Tengah (CAR)," ujar Asy Babia.
Ini bukan pertama kalinya pekerja China tewas dalam serangan di CAR, kata Charles Bouessel, konsultan senior di International Crisis Group.
“Pada 2019 misalnya, tiga pekerja asal China tewas di wilayah barat laut negara itu. Mereka digantung oleh penduduk, yang menuduh mereka tidak menghormati hukum. ... Kejadian itu terjadi sehari setelah Vladimir Putin bertemu dengan Xi Jinping. Kami melihat dalam sudut pandang internasional bahwa China dan Rusia bersekutu dan tuduhan (yang diajukan oleh Koalisi Patriot untuk Perubahan (CPC)) bahwa Wagner berada di balik serangan itu dapat merusak hubungan antara China dan Rusia.”
Perdana Menteri Felix Moloua pada Minggu (19/3) lalu menyalahkan CPC, sebuah aliansi kelompok pemberontak, sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam serangan tersebut. [ps/lt]
Forum