Tautan-tautan Akses

Kelompok Orang Muda Yazidi Bentuk Band untuk Atasi ‘Lockdown’


Yazidi muda dan wanita Muslim berlatih lagu tradisional Kurdi diiringi oleh Daf, drum kerangka Kurdi besar, di sebuah pusat komunitas di Dahuk, Irak, pada 25 Juni 2019. (Foto: AFP/Safin Hamed)
Yazidi muda dan wanita Muslim berlatih lagu tradisional Kurdi diiringi oleh Daf, drum kerangka Kurdi besar, di sebuah pusat komunitas di Dahuk, Irak, pada 25 Juni 2019. (Foto: AFP/Safin Hamed)

Di sebuah kamp pengungsian di Irak Utara, sekelompok orang muda Yazidi membentuk sebuah grup band untuk mengatasi perasaan frustrasi karena lockdown dan penutupan sekolah.

Sekelompok orang muda Yazidi mengatasi perasaan bosan dan frustrasi mereka karena lockdown dan penutupan sekolah dengan cara belajar bermusik.

Mereka membentuk sebuah band di kamp orang-orang telantar di Irak Utara, dan menamai band mereka itu Sinjar.

Sinjar sendiri adalah tempat asal para anggota band tersebut. Daerah itu dikenal sebagai tempat tinggal warga agama minoritas Yazidi. Kaum minoritas ini mengalami penyiksaan yang brutal dari kelompok ISIS sewaktu kelompok tersebut menyerbu daerah itu pada tahun 2014.

Para anggota band itu menyanyikan lagu-lagu cinta yang mewakili budaya Kurdi dan Yazidi.

Mereka baru membentuk band itu pada November lalu sewaktu sekolah-sekolah ditutup karena wabah virus corona.

Yazidi muda dan wanita Muslim berlatih lagu tradisional Kurdi diiringi oleh Daf, drum kerangka Kurdi besar, di sebuah pusat komunitas di Dahuk, Irak, pada 25 Juni 2019. (Foto: AFP/Safin Hamed)
Yazidi muda dan wanita Muslim berlatih lagu tradisional Kurdi diiringi oleh Daf, drum kerangka Kurdi besar, di sebuah pusat komunitas di Dahuk, Irak, pada 25 Juni 2019. (Foto: AFP/Safin Hamed)

"Kami membentuk kelompok ini bagi para penghuni kamp karena sekolah-sekolah ditutup akibat virus corona. Banyak di antara para anggota band itu merasa tertekan dan ini memengaruhi situasi kejiwaan mereka. Kami membentuk band ini untuk memberi semacam kenyamanan bagi orang-orang itu, dan pada saat bersamaan, mengajari mereka sesuatu yang baik," kata pelatih musik mereka, Qawwal Hajji.

Para anggota band itu kebanyakan adalah anak-anak yatim piatu Yazidi dan penyintas yang lolos dari penahanan ISIS di Irak dan Suriah.

Kaum perempuan dan lelaki muda itu juga menampilkan tari-tarian tradisional, dan mereka berpartisipasi dalam beberapa acara musik kecil di kamp-kamp pengungsi yang menampung warga Yazidi di Dohuk, wilayah Kurdi Irak.

“Kami marah karena kami tinggal di tenda-tenda dalam kamp. Tetapi setelah bergabung dengan kursus ini, dan dengan dukungan dari para guru, Qawwal dan Raed, kami belajar banyak hal dan ini menggembirakan. Kami belajar musik dan seni. Berada di sini benar-benar menyenangkan," kata Dhikra Hussein, seorang pengungsi Yazidi asal Sinjar.

"Kami telah belajar banyak hal setelah bergabung dengan band ini. Kami juga menambah teman baru di sini," tambah pengungsi Yazidi lainnya yang berasal dari Sinjar, Randa Ali.

Proyek band ini didanai oleh manajemen kamp Sharia, kegubernuran Dohuk dan Sinjar Organization for Social Development, SOSD, atau Organisasi Sinjar untuk Pembangunan Sosial, yang menyediakan tempat untuk berlatih bagi band tersebut, berikut alat-alat musiknya.

Sebagian besar warga Yazidi, yang trauma oleh pembunuhan massal dan perbudakan yang dilakukan ISIS terhadap mereka, telah lari meninggalkan kampung halaman mereka di Irak Utara.

ISIS memerintah di beberapa bagian wilayah di Irak Utara dari tahun 2014 hingga 2017.

Para ekstremis itu tidak dapat menerima kehadiran agama lain dan berusaha menghabisi Yazidi, minoritas agama dengan keyakinan yang membedakan mereka dari Muslim dan umat Kristen di kawasan tersebut. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG