Tautan-tautan Akses

Kelompok Oposisi Suriah Pilih Pemimpin Baru


George Sabra, pemimpin sementara kelompok koalisi Nasional Suriah (tengah) memimpin rapat di Istanbul, Turki (4/7). Koalisi oposisi Suriah ini telah memilih Ahmad al-Jarba sebagai pemimpin baru, Sabtu (6/7).
George Sabra, pemimpin sementara kelompok koalisi Nasional Suriah (tengah) memimpin rapat di Istanbul, Turki (4/7). Koalisi oposisi Suriah ini telah memilih Ahmad al-Jarba sebagai pemimpin baru, Sabtu (6/7).

Sementara ada kepemimpinan baru di pihak oposisi Suriah, pasukan pemerintah menyerang pemberontak secara bertubi-tubi.

Kelompok oposisi Suriah yang didukung pihak barat, Koalisi Nasional Suriah, memilih Ahmad al-Jarba sebagai pemimpin baru, Sabtu (6/7) dalam sebuah pertemuan di Turki.

Juru bicara Koalisi Nasional Suriah, Kalid Saleh, pemilihan Jarba berlangsung pada hari yang sama ketika tentara Suriah bentrok dengan pemberontak di ibukota Damaskus, dan kubu pemberontak, Homs.

Jarba adalah pemimpin suku yang punya hubungan baik dengan kelompok-kelompok sekuler maupun dengan Arab Saudi.

Koalisi ini tidak memiliki pemimpin sejak mantan presiden Ahmad Moaz al-Khatib mengumumkan pengunduran diri Maret lalu, karena kecewa dengan ketidakmampuan kelompok ini menciptakan kemajuan. Pemilihan Jarba ini terjadi sementara pasukan yang setia kepada Presiden Suriah Bashar al-Asad terus menekan pasukan pemberontak.

Para aktivis pada Sabtu mengatakan pasukan Asad membom pemberontak dekat Damaskus. The Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris juga melaporkan bentrokan baru di sekitar ibukota dan serangan mortir baru oleh pemerintah terhadap daerah yang diduduki pemberontak di Homs.

Observatory mengatakan daerah-daerah di Homs menghadapi pemboman terus menerus selama beberapa hari. Kelompok itu mengatakan, serangan dari udara oleh pemerintah juga terjadi di provinsi Reef Dimasq Sabtu dan mengakibatkan banyak yang cedera dan tewas.

Suriah mengalami perang saudara sejak sebuah perlawanan damai menentang presiden Assad dua tahun lalu berubah menjadi sebuah revolusi bersenjata yang ditanggapi dengan sebuah penumpasan disertai kekerasan oleh pemerintah.

PBB mengatakan hampir 93 ribu orang tewas dalam konflik ini, tetapi memperingatkan angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih besar.
XS
SM
MD
LG