Sementara jumlah pengungsi Rohingya yang menghindari kekerasan di Myanmar melarikan diri ke Cox’s Bazar di Bangladesh Selatan mencapai hampir 400 ribu orang, kelompok-kelompok bantuan meningkatkan tanggapan mereka bagi krisis kemanusiaan yang semakin gawat ini.
Meskipun ada desakan dan donasi dari sejumlah negara asing, besarnya masalah yang dihadapi membuat badan-badan bantuan itu tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan yang kian meningkat, sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai konsekuensi serius bagi penduduk yang kelaparan dan kelelahan, berupa wabah penyakit hingga kematian.
"Kebutuhan para pengungsi bervariasi," kata Azmat Ulla, direktur Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), " Mulai dari tempat berlindung darurat hingga layanan kesehatan, peralatan untuk menyaring air bersih hingga sanitasi, atau barang-barang kebutuhan dasar bagi perempuan dewasa dan anak-anak yang telantar. Sebagian besar pengungsi yang ke Bangladesh adalah perempuan dan anak-anak."
Muslim Rohingya melarikan diri dari apa yang mereka sebut persekusi yang telah berlangsung puluhan tahun di Myanmar. Namun para pakar menyatakan belum pernah ada begitu banyak pengungsi yang datang dalam waktu yang sesingkat seperti sekarang ini. Bangladesh sendiri telah menampung ratusan ribu pengungsi Rohingya. [uh/lt]